Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2009

Hari Tenang

jantung kota deg degan nadi desa berdenyut menegang hati politisi menjadi singa hutan aum diburu kuli aumu memburu di balik semak beradu di padang senyum saling merayu pesona bulu-bulu mengelitik sisi sensitifitas taring meruncing mengigit detik-detik genting di dalam bilik metalik aku bertanya: Siapa yang paling galak sang Singa atau secontreng Penaku) Tegal 6-4-09 Anjari Umarjianto pada 12:07 06 April aku tetap akan coblos bukan contreng. coblos semuanya!! Heny Indriani pada 12:13 06 April singa-singa itu ada di sekitarku tapi yang paling galak adalah.. nasib,takdir ... Baca Selengkapnya terimalah takdir itu inilah yang terbaik bagi kita Hamidin Krazan pada 12:19 06 April terkamlah hati si RAJA PENA.. dengan cinta, maka ia RINDU mencontreng cinta yang kau berikan Denbayan Kasurupan pada 12:24 06 April mari kita mencari kambing hitam karena sebentar lagi lebaran Joshua Igho Bg pada 13:37 06 April aku teap pada pendirian semula: mencontreng bibir kekasihku yang sedang merekah, dengan

Sajak-sajak Hamidin Krazan

Sajak-sajak Hamidin Krazan I Jadilah badai lembut dalam akuarium. Agar ikan-ikan tak hanyut dalam hempasan wangi parfum. Belai kewanitaanmu. Penuh asih. Penuh asa. Bagi gelombang tekad. Hempaskan penghalang. Bak kaca bening tak terawang. Indra keenam sekalipun. Sebab hidup memang harus menerjang. Berenang di laut tanpa air. Di darat yang banjir. II Kota ini semakin misteri. Sunyi lari semakin sembunyi. Dalam hangar kian lebur. Menari-nari tak satu sudut tersisa tanpa debur. Ombak menindih kian merasuki keguahirauanku. Sujud dan khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di atas samudera pesta. Di pojok hati sunyi tak tersisa. Mencari dan terus mencari. Kenyataan hamba raih misteri. III Sunyi di negeri kelam. Negeri yang kian misteri. Sunyi lari sembunyi. Di dasar hingar kian menggelegar. Bagai alas tua diterjang lahar. Tak satu sudut tersisa. Tuangkan setetes. Airmata jadi telaga doa. Tak satu sudut tersisa. Luluhkan debur ombak darah. Mengikis dinding khawas. Gemuruh ekosiste

Dhimas Riyanto Mengritik Secara Santun

Dengan daya estetika yang kita miliki, sehingga betapapun kondisi tata kehidupan sangat amburadul, tetap diupayakan dalam bentuk syair lagu dengan kemasan santun. LEBIH dari 200 judul lagu telah ditulis. Seratus di antaranya masuk dalam daftar karya cipta. Tema syair lagu seputar percintaan, potret jaman dan kritik sosial. Yakni pencitraan tentang potret perikehidupan masyarakat Kota Tegal antara jaman dahulu dengan kondisi terkini. Dimana di dalamnya banyak terjadi erosi moral dan semakin musnahnya budaya lokal. Hal itu tercetus dalam obrolah NP dengan pencipta lagu Tegalan, Dhimas Riyanto pada Kamis, (14/8/08) di lokasi shooting video clip album Pantura Tembang Tegalan IV di Tegal. “Meski diwarnai kritik sosial tapi syair lagu yang saya tulis tidak vulgar dan sarkasme, sehingga siapapun yang jadi sasaran kritik dirinya tidak tertohok,” kata Dhimas. Selain itu, lanjutnya, cara penyampaian kritik dengan cara santun sebagai bukti bahwa bahasa Tegalan itu tidak kasar sebaga