4/06/2009

Hari Tenang

jantung kota deg degan
nadi desa berdenyut menegang
hati politisi menjadi singa hutan
aum diburu
kuli aumu memburu
di balik semak beradu
di padang senyum
saling merayu
pesona bulu-bulu
mengelitik sisi sensitifitas
taring meruncing
mengigit detik-detik genting
di dalam bilik metalik
aku bertanya: Siapa yang paling galak
sang Singa atau secontreng Penaku)
Tegal 6-4-09

Anjari Umarjianto pada 12:07 06 April
aku tetap akan coblos bukan contreng. coblos semuanya!!

Heny Indriani pada 12:13 06 April
singa-singa itu ada di sekitarku
tapi yang paling galak adalah..

nasib,takdir
... Baca Selengkapnya
terimalah takdir itu
inilah yang terbaik bagi kita

Hamidin Krazan pada 12:19 06 April
terkamlah hati si RAJA PENA.. dengan cinta, maka ia RINDU mencontreng cinta yang kau berikan

Denbayan Kasurupan pada 12:24 06 April
mari kita mencari kambing hitam
karena sebentar lagi lebaran

Joshua Igho Bg pada 13:37 06 April
aku teap pada pendirian semula: mencontreng bibir kekasihku yang sedang merekah, dengan bibirku yg bergairah.....

Jamila Parwin pada 13:51 06 April
Dengan berat hati aku akan mencoblosmu....eh mencontrengmu.. !!! eh salah juga yah..???

Edy Sampurno pada 14:29 06 April
pesenku siji: aja milih caleg kentir....

Hamidin Krazan pada 20:37 06 April
@Anjari: Nyoblos itu ada unsur kekerasan, tapi nyontreng ada unsur grafisnya jadi agak nyeni gitu looch..
@Heny: nasib belum menjadi bubur
@Akang den: caleg yg menang perlu syukuran 2 kambing
@JIB: kok dicontreng... distempel dong.. biar ada asyiknya dikit
@Teh Mila:di bilik TPS jangan deg-degan ya... salting deh...... Baca Selengkapnya
@Mas edy:Langka sing kethir, kecuali sing ora dadi tapi duite enthong akeh... banyumase methuu ya kang

EYINATION : STADIUM 9 - SHADOW (iringi aku)

4/02/2009

Sajak-sajak Hamidin Krazan

Sajak-sajak Hamidin Krazan
I
Jadilah badai lembut dalam akuarium. Agar ikan-ikan tak hanyut dalam hempasan wangi parfum. Belai kewanitaanmu. Penuh asih. Penuh asa. Bagi gelombang tekad. Hempaskan penghalang. Bak kaca bening tak terawang. Indra keenam sekalipun. Sebab hidup memang harus menerjang. Berenang di laut tanpa air. Di darat yang banjir.
II
Kota ini semakin misteri. Sunyi lari semakin sembunyi. Dalam hangar kian lebur. Menari-nari tak satu sudut tersisa tanpa debur. Ombak menindih kian merasuki keguahirauanku. Sujud dan khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di atas samudera pesta. Di pojok hati sunyi tak tersisa. Mencari dan terus mencari. Kenyataan hamba raih misteri.
III
Sunyi di negeri kelam. Negeri yang kian misteri. Sunyi lari sembunyi. Di dasar hingar kian menggelegar. Bagai alas tua diterjang lahar. Tak satu sudut tersisa. Tuangkan setetes. Airmata jadi telaga doa. Tak satu sudut tersisa. Luluhkan debur ombak darah. Mengikis dinding khawas. Gemuruh ekosistem kian merusaki lembah sunyi.
IV
Sujud khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di tengah belantara pesta. Mencari tak kunjung temui. Sunyi kian misteri. Di negeri kelam ini.

Panorama laut
Laut masih luas. Perahu nelayan berdesak. Berlayar arungi gelombang. Nafas mereka terengah di tengah. Terjaring kakap-kakap lahap. Setelah pantai habis. Dikunyah-kunyah sampai ke pangkal perkampungan. Para nelayan terus berlayar arungi keringat sendiri. Menepi berart mati. Para nelayan terus berlayar arungi keringat sendiri. Meski tak kunjung setetes manis menetes. Tuk bekal arungi derita. Kian laut tak bertepi saja.

Tragedi Setiap Detik
Setiap senja wangi nafasmu bertiup. Meluluhkan malam menjadi semakin kelam. Seribu harapan terpanggang di setiap gang penuh bunga api. Gairah fajar menjadi layu. Paginya mentari tak mekar. Di setiap tatapan. Bangkit dari mimpi. Terjaga tiada henti. Setiap detik. Detak jantungmu diperkosa. Angka-angka kian melangkah menggagahi keperkasaan. Entah kapan keberanian hidup diwariskan kepada setiap jiwa di negeri ini.

Panorama Laut
Begitu luas luasnya laut. Masih saja merompak air mata. Membiarkan mendung tangisi malam. Saat matahari tenggelam dalam jurang siang. Gulita terus menggelinding. Duka mengguyur tak kunjung reda.

Seketsa Nelayan
Bagai purnama di musim hujan. Para nelayan menjaring cahaya. Tak kunjung berkecipak di mulut-mulut asa. Hingga terkuras pelayaran panjang. Menjelang tengah hari anak-anak menyambut. Istri menjumput di tepi laut. Senyum merekah. Peluh punah.
Saat hari di telan kabut. Lahap tiada henti. Anak-anak dan istri terkubur menanti.


Kota Misteri
Kota ini semakin misteri. Sunyi lari sembunyi. Dalam hingar kian lebur. Menari-nari tak satu sudut tersisa tanpa debur. Ombak menindih. Merasuki keguahirauanku. Sujud dan khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di atas samudera pesta. Di pojok hati sunyi tak tersisa. Mencari dan terus mencari. Kenyataan hamba raih misteri.

Dhimas Riyanto Mengritik Secara Santun

Dengan daya estetika yang kita miliki, sehingga betapapun kondisi tata kehidupan sangat amburadul, tetap diupayakan dalam bentuk syair lagu dengan kemasan santun.

LEBIH dari 200 judul lagu telah ditulis. Seratus di antaranya masuk dalam daftar karya cipta. Tema syair lagu seputar percintaan, potret jaman dan kritik sosial. Yakni pencitraan tentang potret perikehidupan masyarakat Kota Tegal antara jaman dahulu dengan kondisi terkini. Dimana di dalamnya banyak terjadi erosi moral dan semakin musnahnya budaya lokal. Hal itu tercetus dalam obrolah NP dengan pencipta lagu Tegalan, Dhimas Riyanto pada Kamis, (14/8/08) di lokasi shooting video clip album Pantura Tembang Tegalan IV di Tegal.

“Meski diwarnai kritik sosial tapi syair lagu yang saya tulis tidak vulgar dan sarkasme, sehingga siapapun yang jadi sasaran kritik dirinya tidak tertohok,” kata Dhimas. Selain itu, lanjutnya, cara penyampaian kritik dengan cara santun sebagai bukti bahwa bahasa Tegalan itu tidak kasar sebagaimana anggapan orang banyak.

Bagi pengurus PAPPRI Jawa Tengah ini, syair lagu yang ditulisanya selalu dilakukan dengan penuh kesadaran yang disertai rasa tanggung jawab moral. Segala yang terjadi di masyarakat itulah yang tertuang dalam untaian syair. Tentu saja bagaimana agar sesuai kriteria ideal. Yakni syair yang padat, lugas tapi maknanya dapat dicerna pendengar di segala lapisan. “Dengan bekal daya estetika yang kita miliki, sehingga betapapun kondisi tata kehidupan sangat amburadul, tetap diupayakan dibuat dalam bentuk syair lagu dengan kemasan santun,” prinsipnya.

Hal yang tidak kalah penting, kata Dhimas, kepedulian terhadap budaya lokal tidak hanya diupayakan melalui bidang kesenian saja. Melainkan bisa juga melalui berbagai tata kehidupan. Sebagai pencipta lagu, tentu melalui syair yang ditulisnya. Dimana didalamnya diberikan empati dan simpati terhadap eksistensi budaya lokal. Seperti fenomena semakin lenyapnya berbagai bentuk jajanan pasar dan makanan tradisional, lalu tercetuslah ide lagu ‘Jajanan Pasar’. Diharapkan dengan dicantumkannya aneka nama jajanan pasar yang sudah langka di sekitar masyarakat di dalam lagu itu akan memberi rasa bangga bagi para penjual makanan tersebut. Tak kalah pentingnya, upaya itu sebagai tanggung jawab moral terhadap generasi penerus. Karena semua itu akibat adanya transformasi budaya yang tidak sepadan. Seperti fenomena remaja yang lebih bangga dengan jalan-jalan mejeng di mall dibanding menenteng bakul menuai padi di sawah.

“Sebagai seniman kita punya tanggung jawab kepada generasi muda untuk memberi tahu budaya yang luhur, syukur mau meneruskannya. Seperti meraka harus mengenal bahasa ibu,” ujar Dhimas.

Beberata lagunya yang pernah hit dari tahun ke tahun seperti ‘Inyong Cinta Padamu’ (1991), Ana Cerita Ana Kanda (1995), Sendehan Lawang (2004) dan lainnya. Kini beberapa lagu yang sedang dibuat video clipnya, Jare Sapa, Los Pan Pora, Jajan Pasar, Critane Kanca dan lainnya. “Dalam setiap lagu yang saya tulis, di salah satu baris syairnya selalu disertakan doa ataupun harapan,” pungkasnya nKZ

PUISI PERHELATAN BAYANG DAN KENYATAAN

 LAHIR DAN MELATA  Hamidin Krazan Di Kaki Bromo  Lahir telanjang Jika itu kau jabang bayi lelaki Seharusnya kau tetap bugil teronggok di ata...