Si Renta Penyetak Bata
Hari-hari dirundung cuaca tak tertata
sandi-sandi pranatamangsa tak lagi ampuh
mengiringi pergulatan usia yang kian renta
berjuta tetes peluh tak terhitung jatuh
setiap kepak telapak kaki yang legam melepuh
meluluh lantantakkan tanah-tanah yang pasrah
Nasib memang harus digali di lahan pertiwi
Kebahagiaan hidup selayaknya disirami
Agar kepastian terwujud dan tumbuh sepanjang hari
meski bongkah-bongkah keangkuhan jaman
selalu saja mengintai dengan berbagai gaya di hadapan para jelata
Jangan biarkan tanah-tanah garapan berubah plesteran
Jangan biarkan bentangan sawah menjadi hamparan parkiran
Cukup kau berikan para perancang desa menjadi metropolitan
itu dengan sepotong demi sepotong bata merah yang kau ciptakan
Sebidang sawahmu adalah deposito tak beresiko
Setiap hari kau bisa kutip karunia sang Maha Pemurah
Demi secangkir kopi gula jawa
Demi sebatang rokok lintingan
menjadi teman setia si Renta penyetak bata.
Melalui bidikan fotografer dengan angle sederhana, namun membersitkan gambar kesahajaan. Sehingga hidup yang berat dan rutin ini terasa santai, damai, alakadarnya dan tak perlu tergesa-gesa. Jalani hidup seadanya.... Asal hasilnya nyata (hamidin krazan)
Hai sobat di ujung sana
BalasHapusini aku datang menenggokmu
adakah kau baik-baik saja?
kuharap demikian adanya
karena bumi ini bulat
karena jiwa ini melekat
dalam lingkaran yang diberi nama sahabat
dan kini bolehkah aku menjadi bagian dari duniamu nan pekat?
oleh amukan dan acuhan yang melaknat
jika iya katakan iya
jika tidak katakan tidak
hanya itu saja
aku tak mau lebih dari apa yang tak kau punya
karena aku dan kamu sama-sama tak punya apa-apa
hehehe....jangan marah ya!!!