1/06/2025

FIKSIngKAT : Hamidin Krazan

https://www.transnews.co.id/membaca-hamidin-krazan-lewat-sastra-pinggiran/

LELAKI HAMIL

       HamidinKrazan


Lelaki hamil. Jabang Bayi Tak Kunjung Lahir. Tertatih langkah kurang istiqomah. Memperjuangkan nasib anak-anak dalam rahim lelakiku. Rahim ini tak sejantan para wanita belia bersemangat baja. Anakku tak kunjung lahir. Penantian tak pernah kehabisan sabar. Sabar terus terurai tiada batas. Betul, sabar bagi hamba beriman tak ada batasnya. Hanya saja langkah menyusur jejak sabar, sering terantuk aral alpa dan khilaf, sehingga seringkali liar. Salah arah. Karenanya jangan sampai tertinggal jejak istighfar. Apalagi sampai gagap terbentur dinding amarah. 


Anak Zaman Karya Tak Pernah Lekang

“Mana anakmu?” tanya Gadis subur.

“Belum satupun lahir,” jawabku menyembunyikan wajah karena malu akibat selalu kalah bertahan dan meski selalu tertantang.

Ketika ambang lahir anak-anak tak kunjung mencapai –sekalipun hanya- ‘bukaan 1’, apalagi ‘bukaan’ 2, 3… hingga 9, sebagai pertanda adanya kepastian. Nyatanya hanya sekedar perut mules akibat banyak komplikasi tuntutan kebutuhan dari sekian penjuru ingin datang bersama dalam satu waktu, seperti pasukan gerilya menyerbu, sehingga proses kelahiran selalu teranulir.

Ketika perjuangan sebuah kelahiran tak berkemampuan optimal, tak berdaya maksimal. Notabene bukan nihilnya daya ampuh tapi kuota jumlah beban yang berlebih. Bukan kosongnya daya topang melainkan terlampau rimbunnya daun-daun pada dahan sebatang. Dalam kontraksi itu, terhindar dari salah urat, sudah alhamdulillah. Dalam kondisi klimak seperti itu tak terjadi patah dahan sudah bersyukur berhambur-hambur. Artinya, gagal lahir bukan berarti nadi hidup para jabang bayi finish sudah, Oh tidak ….

Nafas-nafas itu tetap menggeliat, hidup dan bermekar bahkan mewangi dalam lingkaran metamorfosa. Bukankah bayi-bayi yang lahir, menangis namun memiliki daya booming rasa bahagia tak terhitung angka? Kelahiran itu baru menjelma dalam bentuk sebuah ‘keharmonisan hubungan inter dan (bahkan) antar keluarga.

Pendek cerita: Terlahirnya keharmonisan hidup berkeluarga itu lebih membahagiakan jika pencapaian tak hanya sekadar ‘lahirnya jabang bayi’ dari rakhim lelaki dalam bentuk sebuah idea.

Hemat saya, selain menilai karya itu penting, ternyata menciptakan hidup dalam keluarga yang harmonis itu jauh lebih penting. Idealnya, kelahiran karya-karya dari seorang lelaki berstatus ayah, senyampang dengan tersebar dan suburnya benih-benih keharmonisan di dalam keluarga sebagai bagian dari proses kelahiran-kelahiran, tak sekadar anak manusia tetapi juga berupa sejumlah jenis karya.

Jika sejak tahun 2015 bayi-bayi itu belum terlahirkan juga, setidaknya telah mengutamakan kelahiran nilai dan asa-asa yakni terciptanya keluarga harmonis. Sebab itu merupakan seni berumah tangga yang sudah banyak teori dituliskan, sudah banyak mulut ustad bertausyiyah-ria, namun susah diwujudkan. Tak terciptanya seni yang satu ini jangan sekali-kali dianggap remeh dan gampang. Ayo karyakan hidup harmonis, sekalipun sehari saja! Bisa?

(Bekasi, Desember 2015- kini: Masih Hamil-) 

Jangan Klik namaku : hamidin kraZan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga komentar Anda menjadi kebaikan kita bersama

PUISI PERHELATAN BAYANG DAN KENYATAAN

 LAHIR DAN MELATA  Hamidin Krazan Di Kaki Bromo  Lahir telanjang Jika itu kau jabang bayi lelaki Seharusnya kau tetap bugil teronggok di ata...