10/27/2008

Kerang Penyambung Hidup


PERLIHATKAN HASIL – Rofii sedang memperlihakan kerang hasil pencariannya di pantai Muarareja, Rabu (8/10) (Foto - Ham)

Mendulang Kerang di Pantai Muarareja


ADA pepatah ‘tak ada rotan akarpun jadi’. Bagi warga RT 03 RW 04 Kelurahan Muarareja, Rofii (35) pepatah itu bukan sekedar soal isian pelajaran Bahasa Indonesia yang senantiasa dihapal sewaktu masih duduk di bangku SD puluhan tahun silam. Kini pepatah itu benar-benar menjadi bagian filosofi hidupnya. Saat kondisi ekonomi yang tak kunjung berpihak kepada kawula alit, pepatah itu menjadi support dalam menyambung hidup sehari-hari.
“Biasanya saya kerja jadi awak kapal untuk menangkap ikan di laut. Namun sejak Lebaran sampai sekarang nahkodanya belum bersedia melaut,” kata Rofii kepada NP, Rabu (8/10) di pantai Muarareja.
Menurutnya, sebagian nelayan di Muarareja mulai melaut pada hari Minggu depan. Rofii dan kawan-kawannya memanfaatkan waktu luangnya selama empat hari itu untuk mencari kerang di pantai Muarareja. Usaha itu dianggap cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan harian bagi istri dan seorang anaknya yang masih balita sebagai wujud tanggung jawabnya.
Siang itu, baik Rofii maupun dua kawan lainnya tampak berendam sambil mendulang kerang di semak dasar pantai. Meski pekerjaan itu tampak ringan namun membutuhkan ketahanan fisik, karena ia harus mampu menahan dingin saat angin menerpa tubuh disertai debur ombak kecil tak berkesudahan. “Paling dalam sehari hanya memperoleh tiga kilogram daging kerang,” tutur Rofii.
Dijelaskannya, daging kerang sebanyak itu diperolehnya hampir seharian. Menurut teman seprofesinya, Subur, pencarian kerang biasanya dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB. “Kalau terlalu sore air pantai semakin ganas karena pasang,” jelasnya.
Sampai di rumah, sekarung kerang yang berhasil didapatnya lalu diolah dengan cara disiram air panas kemudian dikupasi cangkangnya. Daging kerang itu dijual ke bakul langganan. “Kini harga daging kerang delapan ribu rupiah perkilonya,” kata Rofii.
Kalau dipikir, ujarnya, hasilnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan penghasilan sebagai awak kapal. “Tapi dari pada tidak kerja sama sekali. Hasil segitu cukup lumayan buat menutup kebutuhan dapur,” akunya (ham)

Keringat Tukang Ikan Muarareja


SORTIR IKAN Siti Wahyuni sedang menyortir ikan teri yang sudah kering dan siap dijual kembali

Harga Ikan Teri Naik

TEGAL -- Para nelayan di Muarareja banyak yang belum berangkat melaut. Para pengrajin ikan asin dan teri hingga kini masih kesulitan bahan baku. Padahal permintaan dari para bakul sedang mengalami peningkatan dibanding hari biasanya. Akibatnya harga ikan teri naik.

Hal itu dikatakan seorang pengrajin teri dan ikan asin di Muarareja, Siti Wahyuni kepada NP, Rabu (8/10) di pangkalan tempat penyortiran ikan asin. “Para nelayan baru minggu depan berangkat ke laut. Kalaupun ada bahan baku jumlahnya terbatas, kadang untuk mendapatkannya kita berebut sama teman sendiri,” kata Wahyuni.

Padahal, lanjutnya, dalam pekan ini permintaan ikan asin dan teri dari para bakul sedang banyak. Kadang malah ada bakul yang bukan langganan ikut datang ke lokasi untuk pesan dengan bayar di muka. Jadi wajar kalau harganyapun lebih mahal dari harga biasanya.

Menurut warga RT 04 Rw II Kelurahan Muarareja, Rastini, banyaknya permintaan ikan asin dan teri karena sekarang sedang banyak orang hajatan. Teri merupakan salah satu bahan baku untuk campuran kering tempe.

“Jenis teri juga memengaruhi harga. Antara teri jenis biasa dengan teri ireng harganya beda. Apalagi teri nasi yang lebih gurih, harganya lebih mahal lagi,” papar Rastini. Sedangkan hasil tangkapan melayan juga tidak selalu sama karena jenis ikan yang didapat juga bersifat musiman ataupun sesuai daerah tangkapannya.

Dijelaskan Wahyuni. Akibat kelangkaan bahan baku, teri jenis biasa yang biasanya dijual Rp 18.000 perkilogram, kini harganya naik menjadi Rp 22.000 perkilogram. “Sebenarnya kalau ketersediaan bahan bahu lagi banyak sih harganya normal. Bakul juga bisa menjual lagi di pasar dengan harga tidak tidak terlalu tinggi,” ujarnya.

Dalam sehari Wahyuni dengan dibantu anaknya hanya mendapatkan bahan baku paling banyak 4 keranjang. Setelah diolah dengan cara dijemur hingga hampir kering, teri itu disortir secara telaten dengan ditampi sampai bersih. Biasanya dari tiga keranjang teri basah setelah dijemur menjadi teri dalam keadaan siap jual sebanyak 30 kilogram (ham)

Baca Karakter Via Parfum

Aroma Parfum Pencitraan Karakter

Ciri khas aroma sebuah parfum, sebagai pencitraan dari karakter kepribadian pemakainya. Seperti aroma teraphy itu biasanya lebih disukai bagi perempuan yang berperangai atau menyukai kelembutan. Demikian dikatakan Beautiful Advice (BA), Tri Andani di konter Lomani, Kamis (16/10) di lantai dua Pacific Mall Kota Tegal.
"Aroma parfum yang banyak dikenal masyarakat ada empat jenis. Yaitu aroma lembut, aroma teraphy, aroma bunga-bungaan dan aroma maskulin. Masing-masing menjadi pilihan bagi setiap konsumen yang sesuai dengan karakternya," kata Tri.
Menurutnya, setiap aroma parfum itu menggambarkan dari karakter pemakainya. Kecuali bagi seseorang yang suka membeli parfum karena hoby atau untuk koleksi.
Aroma segar dan fresh seperti green tea dan buah-buahan. Biasanya disukai cewek yang bersifat lembut dan kalem. Ada juga aroma maskulin. Yakni parfum untuk cewek tetapi aroma cowok, biasanya dapat ditemui pada parfum dengan segarnya bunga sepatu atau aroma kayu. "Penyuka jenis parfum ini biasanya cewek yang tomboi, olah ragawati ataupun atletis. Sedangkan cewek feminim tentu lebih suka aroma lembut. Bagi karyawati yang sehari-hari bekerja di ruang berace cocoknya menggunakan parfum aroma teraphy bunga-bungaan,” jelas Tri.
Mencium aroma bunga ternyata dapat membantu menciptakan mimpi indah. Itu hasil penelitian ilmuwan dari Jerman setelah menguji coba sejumlah relawan. Saat aroma mawar dilekatkan ke hidung relawan sebelum tidur lelap, seketika muncul perasaan senang, dan itu terbawa ke dalam mimpi.
Profesor Boris Stuck dan timnya dari University Hospital Mannheim meyakini bahwa sangat mungkin aroma harum dapat menciptakan mimpi indah. Salah satu jenis parfum beraroma bunga yaitu Tresor Lancome Paris nKZ

10/23/2008

Puisi Ibarat Peluru

Adat Hianat Wakil Rakyat Harus Diingatkan

KEBIASAAN baik pantas dilestarikan. Kebiasaan buruk jangan sampai diulang. Seperti menghianati janji. Melalui bait-bait puisi Tegalan, penyair Dwi Ery Santoso mewanti-wanti kepada para wakil rakyat agar tidak berkhianat. “Kita sebagai rakyat memberi kepercayaan kepada mereka. Selanjutnya kita harus turut mengawasi sepak terjangnya sesuai kapasitas kita. Puisi bisa kita jadikan peluru untuk mebidik kelengahan mereka,” kata Ery Tegas.
Dicontohkan salah satu bait puisi ‘Dadiya Kota Sing Apike Langka-langka’ di dalamnya ada missi senada dengan ucapannya. /Ora lumrah, kabeh kayong payah/ untung ora kosih mangan lawuh uyah/ mulane giyah mulane sing pada dipercaya/ dadi wakil rakyat aja pada hianat/ aja mung pada janji/ barang wis olih kursi pada jiji/ ndelengena wong wong pada nganterena sampeyan munggah drajat/ tapiken klalen maring wong mlarat/ kyeh sedelet maning aja pada maen sinting/ mbela rakyat kiwe sing penting//…
Menurut Ery, setelah puisi ditulis, harus dipublikasikan. Jika tidak, efektifitasnya menjadi sia-sia. “Sayangnya media untuk mempublikasikan karya sastra seperti puisi di Tegal sangat miskin. Artinya ada tapi temporal. Dulu ada acara rutin baca puisi di radio, sekarang mana?” ujarnya galak. Apa kita harus mengikuti cara para pemusik jalanan? Membacakan puisi di setiap warung lesehan. Meskipun itu bisa dilakukan, namun akan menjadi senjata makan tuan dan kontra produktif. “Mengingat kita punya wadah yang namanya Dewan Kesenian Tegal dan gedung kesenian. Namun fungsinya bagaimana coba?” ujarnya retoris.
Ery bersyukur karena sejumlah puisi selain dibukukan, juga dibacakan dalam beberapa acara bergengsi. Ditonton para pejabat dan masyarakat Tegal baik di Kota Tegal, maupun yang ada di Ibu Kota. Seperti ketika Ery menjadi duta seni Kota Tegal, pada Minggu (19/10) lalu di anjungan Jawa Tengah TMII. “Acara baca puisi ternyata masih bisa menjadi sajian menarik meski tampak menegangkan” pungkasnya nKZ.

10/20/2008

Persaingan Usaha Kecil


Pengakuan Ikha
Mudik Gara-gara ‘Ditembak’


Ikha (50) Warga Rw 07 Desa Sida Purna, Kecamatan Dukuh Turi Kabupaten Tegal, sudah lima tahun menjadi tukang pembutik (petik) bawang di desanya. Sebelumnya Ikha menjalankan usaha warung tegal (warteg) di daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara pada tahun 2002. Menurut pengakuannya, di awal usahanya hingga berjalan sampai beberapa tahun hasilnya lumayan. Namun setelah usahanya berjalan, tiba-tiba di lokasi yang tidak jauh dari pangkalan usahanya, datang seseorang yang membuka usaha serupa. Warteg!
Lantas terjadi persaingan diam-diam. Perang dingin hingga akhirnya ada dugaan perlakuan jahil dari pendantang baru terhadap Ikha. “Saya ditembak Mas. Apa iya, istilahnya dijahili lah. Usaha saya kan sudah berjalan, pelanggan cukup lumayan, tetapi setelah ada saingan, di warung saya sering terjadi hal-hal aneh. Masa tiba-tiba di bakul nasi ada ulatnya?” kata Ikha seperti mengadu. Diakuinya, kejadian semacam itu sering terjadi. Dirinya yakin, kalau usahanya dijahili. “Untung mung nasine sing diuleri, ora kena maring wonge,” ujarnya.
Karena dia tak mau memperpanjang masalah, diputuskan lebih baik pulang kampung. Mudik! “Saya ingin aman. Saya tidak mau jadi korban,” tuturnya.
Kini sudah lima tahun Ikha mengisi hari-harinya sebagai tukang butik bawang. Jika tidak ada pekerjaan itu, ia bertani musiman. Ketika musim tanam bawang, menyiangi, serta panen, Ikha mengerjakan itu sebagai kuli harian.
Menjadi tukang butik bawang, yakni memotng bawang dari daunnya yang sudah kering.Biasanya bawang yang akan dijadikan bibitan. Upahnya dalam sehari Rp 20 ribu. Ikha dan kawan-kawannya dalam sehari mampu menghasilkan hingga 50 kilogram. Mereka mulai bekerja dari jam 06.00 sampai 16.00 WIB. Ditambah uang jajan seribu rupiah. Kalau bekerja di sawah seperti mencabuti rumput menyiangi, upahnya setengah hari Rp 17 ribu.
Menurut Warjo, kejadian yang dialami Ikha itu tergantung pada orang masing-masing. “Kalau saya, yang namanya orang mencari rejeki itu banyak caranya. Sebagai penjual makanan di jaman sekarang yang penting bisa memenuhi selera pembeli,” kata pemilik warteg di daerah Tebet Timur, awal Oktober lalu tengah mudik di kampungnya. Baginya, dalam usaha warung makan yang penting bisa menyajikan masakan enak, resik (bersih), aja kelarangen (jangan terlalu mahal). Kalau jaman dulu yang penting banyak dan mengenyangkan. Soal rasa nomor dua. “Dulu asal akeh gawe wareg, soal rasa nomor loro,” ujarnya.
Sekarang seiring banyaknya usaha warteg dan penjual makanan lainnya tentu harus diatasi dengan cara peningkatan kualitas, baik pelayan maupun service kepada pembeli. Rasannya enak, pelayanan sumeh, cekatan dan tempat bersih. "Serta selalu berdoa kepada Allah agar dikarunia rejeki halal," tandasnya. Di sii lain? Termasuk pelayannya cantik? He he he he. (ham)

Petualang Metropolis


Curhat Seorang Beautiful Advice

MALL selain menjadi tempat nyaman untuk berbelanja berbagai barang kebutuhan, juga salah satu alternative area rekreasi. Selain tersedia tempat bermain (game area) bagi anak-anak dan anak baru gede, area mall itu sendiri menjadi tempat refreshing. Termasuk hanya sekedar melihat-lihat barang, daftar harga, memilih serta menawar barang yang menarik perhatian meski urung membelinya. Tentu saja perilaku itu sering membuat seorang pelayan menggerutu. Tetapi bagi seorang Beautiful Advice (BA) sebuah produk parfum, Tri Andani, menghadapi perilaku ‘petualang mall’ bergaya konsumen itu sudah menjadi makanan sehari-hari.
“Saya sudah biasa menghadapi calon konsumen ataupun orang berlagak seperti konsumen, tapi tidak jadi beli. Bahkan setelah Tanya macam-macam langsung pergi begitu saja. Kalau lagak mereka dimasukin ke hati kitanya yang rugi,” papar Andani kepada NP, Jumat lalu di lantai dua Pacifik Mall.
Menurutnya, konsumen maupun calon konsumen parfum sebenarnya sudah terlihat dari sikap dan tampangnya. Meskipun sering juga ada orang tadinya iseng tiba-tiba berubah niat menjadi beli. “Biasanya selain karena terlanjur banyak basa-basi nanya, serta menjadi tahu kualitas produk, juga karena tertarik oleh bonus yang kami tawarkan,” ujarnya bangga.
Alasan terakhir, lanjutnya, itu bagian dari kiatnya. Karena dari produk parfum Lomani yang dipromosikan selain selalu ada harga promosi juga ada pengurangan harga. “Dari sisi diskon produk yang kami jual bisa mencapai 30 sampai 60 persen. Bahkan ketika ada program special over satu produk bisa ada pemotongan harga sampai sembilan puluh lima ribu rupiah,” paparnya.
Anehnya, dengan selalu adanya diskon itu, belum tentu menarik konsumen secara mudah. Ujung-ujungnya harus punya kiat lain yang lebih aktif. “Selain saya tawarkan kepada calon konsumen yang datang ke stand, saya juga sering aktif menelpon para pelanggan jika ada produk baru atau sekedar menanyakan ketersediaan stok parfum kesukaannya,” akunya.
Menurutnya, ciri khas aroma sebuah parfum itu terkait dengan karakter kepribadian pemakaianya. Ada orang yang suka aroma lembut, segar dan fresh serta ada cewek yang suka aroma cowok. “Cewek yang feminim tentu lebih suka aroma lembut. Sedangkan aroma teraphy bunga-bungaan lebih cocok untuk dipakai di tempat berhawa sejuk seperti pekerja kantoran,” jelasnya.
Adapun keunikan dari para pelanggan, tutur Andani, tidak sebatas mereka yang fanatic terhadap produk pilihannya, ada juga seorang menjadi pelanggan karena dirinya suka mengoleksi jenis parfum tertentu, bahkan ada yang hanya mengoleksi keunikan botol parfumnya. “Apapun alsannya, bagi saya pembeli adalah raja. Sebagai penjual harus pandai menjadi pelayan yang menyenangkan,” ujarnya (Ham)

Petualang Metropolis

Curhat Seorang Beautiful Advice


MALL selain menjadi tempat nyaman untuk berbelanja berbagai barang kebutuhan, juga salah satu alternative area rekreasi. Selain tersedia tempat bermain (game area) bagi anak-anak dan anak baru gede, area mall itu sendiri menjadi tempat refreshing. Termasuk hanya sekedar melihat-lihat barang, daftar harga, memilih serta menawar barang yang menarik perhatian meski urung membelinya. Tentu saja perilaku itu sering membuat seorang pelayan menggerutu. Tetapi bagi seorang Beautiful Advice (BA) sebuah produk parfum, Tri Andani, menghadapi perilaku ‘petualang mall’ bergaya konsumen itu sudah menjadi makanan sehari-hari.
“Saya sudah biasa menghadapi calon konsumen ataupun orang berlagak seperti konsumen, tapi tidak jadi beli. Bahkan setelah Tanya macam-macam langsung pergi begitu saja. Kalau lagak mereka dimasukin ke hati kitanya yang rugi,” papar Andani kepada NP, Jumat lalu di lantai dua Pacifik Mall.
Menurutnya, konsumen maupun calon konsumen parfum sebenarnya sudah terlihat dari sikap dan tampangnya. Meskipun sering juga ada orang tadinya iseng tiba-tiba berubah niat menjadi beli. “Biasanya selain karena terlanjur banyak basa-basi nanya, serta menjadi tahu kualitas produk, juga karena tertarik oleh bonus yang kami tawarkan,” ujarnya bangga.
Alasan terakhir, lanjutnya, itu bagian dari kiatnya. Karena dari produk parfum Lomani yang dipromosikan selain selalu ada harga promosi juga ada pengurangan harga. “Dari sisi diskon produk yang kami jual bisa mencapai 30 sampai 60 persen. Bahkan ketika ada program special over satu produk bisa ada pemotongan harga sampai sembilan puluh lima ribu rupiah,” paparnya.
Anehnya, dengan selalu adanya diskon itu, belum tentu menarik konsumen secara mudah. Ujung-ujungnya harus punya kiat lain yang lebih aktif. “Selain saya tawarkan kepada calon konsumen yang datang ke stand, saya juga sering aktif menelpon para pelanggan jika ada produk baru atau sekedar menanyakan ketersediaan stok parfum kesukaannya,” akunya.
Menurutnya, ciri khas aroma sebuah parfum itu terkait dengan karakter kepribadian pemakaianya. Ada orang yang suka aroma lembut, segar dan fresh serta ada cewek yang suka aroma cowok. “Cewek yang feminim tentu lebih suka aroma lembut. Sedangkan aroma teraphy bunga-bungaan lebih cocok untuk dipakai di tempat berhawa sejuk seperti pekerja kantoran,” jelasnya.
Adapun keunikan dari para pelanggan, tutur Andani, tidak sebatas mereka yang fanatic terhadap produk pilihannya, ada juga seorang menjadi pelanggan karena dirinya suka mengoleksi jenis parfum tertentu, bahkan ada yang hanya mengoleksi keunikan botol parfumnya. “Apapun alsannya, bagi saya pembeli adalah raja. Sebagai penjual harus pandai menjadi pelayan yang menyenangkan,” ujarnya (HamidinKrazan)

10/19/2008

Lucu lucuan



Cekelan Tapih

KAPER olih penghargaan seni sekang Walikota. Wujude duit. Jumlahe thikel papat akehe ketimbang gajihe dewekne. Sewise nyaur utang, Kaper nyisihna lima lembaran sing abang-abang nggo moci kambi kanca batir. Duit sing sejuta setengah kanggo depe motor anyar.
Wingi esuk Kaper njajal motore sing esih kinyis-kinyis. Wujude ireng mbesenges kemiclong. Stater lan gasse otomatis lan praktis. Tarikane gampang mencolot kaya kodok kaget. Dina Minggu esuk, niate Kaper arep muter-muter maring pasar kaget sing tumplek blek neng platarane balai kota lawas. Karepe deweke ajek bojo lan anak wadone sing umure nembe limang tahun. Sing lagi lucu-lucune.
"Wislah rika bae karo walad, aku ora usah melu ya ora papa," omonge bojone Kaper.
"Sih, bisane?" Kaper gumun.
"Kumbahane esih numpuk. Wis dekum kawit wingi mbokan mambu entut,"
"Lha koen pan pesen apa?" takone Kaper nawani.
"Tukuen bae panganan sing enak-enak nggo de pangan seuwise ngumbahi."
"Wis? Mung semeno thok pesene?"
"Ya pesen koen sing ngati-ati nggone mboncengna walad, embok ngantuk, cekelane aja nganti ucul," pesene bojone Kaper. Anak sing maune diemban deweke banjur dejagongna ning jok motor mburine Kaper.
"Tangane koen cekelan sing kenceng ya?" Welinge bojone Kaper maring anake nyambi nglapetna tengan anake maring wetenge Kaper.
"Cekelan sing kenceng temenan ya?" bojone Kaper ngemutna maning.
"Koen aja water toli, wis aku kekepi tangane kyeh karo lengene inyong," omonge Kaper. Bojone Kaper esih ngadeg neng jejere motor, wektu Kaper nyetater motor. Pas Kaper narik gas, bojone kaper ngemutna maning maring anake.
"Cekelan sing kencneg banget ya?"
Bareng sikil kiwane Kaper ngidek gigi nyambi narik gas, motore langsung melesat. Ora kelingan kue motor anyar, tarikan gasse amoh. Motor langsung mlayu kenceng. Ngeeeng….
Waktu kue uga bojone Kaper gemboran njaluk tulung.
Jebule, kejaba tangan tengen anake cekelan wetenge Kaper, tangan kiwane uga nyekeli tumpal tapihe biyunge. Kenceng nemen. Untunge anake Kaper ora njungkanang utawa menthal. Mung bojone kaper kewudan
.

Komentar budayawan Tegal, M Hadi Utomo, cerita ini mengandung adegan lucu. (Lebih lucu lagi kalo yang kagak ngerti bahasa Tegal ikut ngakak ya.... )

Seni dalam Piwalkot Tegal

Bahari dalam Syair Lagu Kampanye

DALAM kampanye calon Walikota dan Wakil Walikota (Cawalkot dan cawawalkot) Tegal salah satu media yang digunakan, melalui hiburan atau produk kesenian. Syair dan lagu salah satu alternatif hiburan sekaligus penggaet rasa cinta para calon pemilih. Disamping itu hiburan sangat dibutuhkan di tengah luapan histeria massa. Tujuannya untuk mengurangi efek ketegangan serta mengurangi luapan kecamuk dan kompetisi yang berlebih.
Tiga di antara lima kontestan Cawalkot dan cawawalkot di Kota Tegalpun menyajikan media seni suara sebagai seni politik. Dimana fungsi seni tidak hanya untuk seni. Melainkan ranah seni direkahkah bagi penikmat kesenian dalam kancah politik. Melalui ide lagu dan gaetan rasa itu, sehingga kekuatan syair dan lagu diharapkan mampu membawa perubahan sesuai visi dan missi yang diusung setiap calon.
Salah satu tema favorit dalam kampanye Cawalkot dan cawawalkot di Kota Tegal, adanya kesinambungan pembangunan Kota Tegal sebagai Kota bahari. Itupun termaktub dalam syair lagu baik yang dicipta untuk media kampanye pasangan Basri Ayu, Ikmal Jadi maupun Riski. Idiom Kota Bahari melekat erat baik dalam syair, irama maupun pesan dalam lagu masing-masing.
Simak saja beberapa bait di antara 10 syair dalam CD 'Lagu Ikmal Jadi' mewujudkan Gerakan Pembangunan Masyarakat Kota Bahari (Gerbang Mas Kota Bahari). Lagu 'Sapu Tangan Merah' ciptaan dan dinyanyikan Yus Yunus digubah syairnya menjadi lagu yang bermuatan politis.
/Aduh kota Tegal Kota Bahari/ Kini datang pahlawan sejati/ Pak Ikmal Jaya dan Habib Ali// Sambut dengan ceria/ Seorang tokoh berwibawa/ Dia yang rendah hati/ Pak Ikmal Jaya/ Janganlah kau ragu/ Serta bimbang pada dia/ Tokoh masih muda// ... Duhai handai dan tolan/ Ciptakan KotaTegal/ memberantas kemiskinan//... Begitu pula pedangdut Ayu Soraya yang dipasangkan dengan cawalkot Basri Budi Utomo, melalui syair lagu Tegalan melantunkan kesungguhannya untuk membangun Tegal Kota Bahari: Gemiyen cilik inyong pernah janji/ Janji suci nang jero ati/ Saiki waktune nyong nduwe nyali/ Niate siji kanggo Tegal Bahari// Kota Tegal kue akeh potensi/ Mangkane saiki kudu digali/ Para suami para istri putra putri/ Ayo pada urip luwih mandiri// Gemiyen pancen nyong durung ngerti/ Tapi saiki nyong kudu wani/ Pasangane karo Kang Basri/ Niat ngabdi kanggo Tegal Bahari// Gemiyen pancen nyong durung ngerti/ Tapi saiki nyong kudu wani/ Pengin weruh Tegal luwih maju/ Mangkane aja kelalen Basri Ayu//...
Lewat syair dan irama lagu dianggap relatif lebih gaul dan menyedot perhatian sehingga mudah diingat, berkesan lebih mendalam di hati masyarakat luas sehingga pengaruh kampanye semakin menjanjikan kesetiaan? Semoga nHamidin Krazan

KAMPANYE TEGALAN - Calon Wakil Walikota Tegal, Ayu Soraya sedang menyanyikan lagu kampanye dalam syair Tegalan di hadapan massa pendukukungnya, Minggu (19/10)di Lapangan Jalan Wisenggeni Kota qFoto NP: Nino Moebi

Penghargaan Seni di Tegal

Redaktur Budaya NP Dapat Penghargaan Seni

Ki dalang Sarjono sebagai Penggiat Seni Pedalangan, Sulaiman Dito sebagai Penggiat Seni Lukis, Lanang Setiawan sebagai Penggiat Seni Tegalan, Yono Daryono dan SN Ratmana mendapat Pakarti Seni dan Piek Ardijanto(alm) mendapat Bintang Putra Seni.

ALHAMDULILLAH, besok aku ke Taman Mini. Mau diberi penghargaan seni oleh Pemkot Tegal. Begitu tulis Redaktur Budaya Nirmala Post, Lanang Setiawan melalui SMS pada Sabtu (18/10) pagi sebelum ia berangkat ke Jakarta bersama rombongan duta seni Kota Tegal. Dikatakan Kepala Dishubparsenbud, Sumityo Sip, dari sembilan nominator hanya enam seniman yang mendapat undangan untuk berangkat ke Taman Mini.
"Enam seniman itulah yang memperoleh penghargaan itu," jelas Sumito kepada NP, Jumat (17/10) melalui telpon.
Kemudian via SMS, Minggu (19/10) siang Lanang menjelaskan, ada enam seniman untuk lima jenis penghargaan. Yaitu Ki dalang Sarjono sebagai Penggiat Seni Pedalangan, Sulaiman Dito sebagai Penggiat Seni Lukis, Lanang Setiawan sebagai Penggiat Seni Tegalan, Yono Daryono dan SN Ratmana mendapat Pakarti Seni dan Piek Ardijanto (alm) mendapat Bintang Putra Seni.
"Sulaiman Dito tidak hadir, penerimaan penghargaan diwakili oleh Ketua Dewan Kesenian Tegal, Ki Barep. Sedangkan penghargaan kepada Pak Piek (alm) diwakili menantunya, M Iqbal," jelas Lanang.
Menurutnya, penghargaan seni diserahkan Walikota Tegal, Adi Wanarso dalam rangkaian Pagelaran Seni Budaya dan Pameran Produk Unggulan serta Halal Bihalal Pemda Kota Tegal dengan Ikatan Keluarga Besar Tegal (IKBT) Bahari Ayu Jakarta, Minggu (19/10) di anjungan Jawa Tengah TMII.
Penghargaan itu tidak lepas dari perhelatannya di dunia kesenian khususnya seni Tegalan. Jika ditilik dari koleksi karyanya, Lanang memiliki ragam karya, baik sastra maupun suara. Seperti Kumpulan puisi Tegalan berjudul 'Nggayuh', novel bahasa Tegalan berjudul 'Oreg Tegal', kini novel itu menjadi cerbung di tabloid Suaka Brebes, naskah sandiwara radio berbahasa Tegal berjudul 'Tegal Bledugan'. Kecuali itu Lanang juga menulis naskah drama yang sudah dibukukan di antaranya berjudul 'Lenggaong', 'Ken Angrok Gugat', 'Surti Gandrung' dan 'Ni Ratu'. Sementara album lagu Tegalan direkam atas biaya sendiri (indilabel) berjudul 'Lagi Kedanan' (2002), 'Rika Tega Enyong Tega' (2002), 'Tragedi Jatilawang' (2004) dan dua lagu Tegalan yakni 'Apus Asmara' dan 'Manuk Blekok' masuk dalam album remix Anyar Tegalan produksi Doble R, Jakarta (2000). Teranyar satu lagu berjudul 'Gendul Oclak- Aclik' direlease dalam album Pantura Tegalan 4 (2008) produksi Ariwani record. Ia juga pernah mendirikan Teater Swadesi, tabloid Kontak, Porem, Literasi, Muara Sastra, Jurnal Tegal Tegal dan tabloid Tegal Tegal. Menurutnya, itu merupakan tabloid pertama di Tegal tahun 1998. Karya lainnya, berupa penerjemahan sajak WS Rendra berjudul 'Nyanyian Angsa' ke dalam bahasa Tegalan menjadi 'Tembangan Banyak'. Puisi panjang itu pernah dibaca Bupati Tegal Agus Riyanto dalam acara Jed-jedan maca Puisi Tegalan bersama Adi Winarso, Ketua DPRD Tegal Ghoutsun dan para seniman Tegal. Kemudian dibacakan kembali oleh Agus Riyanto di warung Apresiasi Bulungan Jakarta. Lanang juga menulis buku 'Jalan Panjang Teater' dan 'Sastra Tegal', 'Tegal Dugal' (Catatan Reformasi di Tegal), novelette 'Sibeng', serta pernah mendapat gelar Man of The Year 2004 untuk seniman Tegal. Kini ia sedang mengerjakan memoar tentang perjalanan berkeseniannya berjudul 'Lanang Pengendara Badai'. "Dalam artian badai kreatif yang ditulis sebanyak 500 halaman," kata pemilik prinsip hidup sing penting bergerak, beberapa waktu lalu. Selain itu, sebagai penulis tetap Anehdot Tegalan di Harian Nirmala Post sejak tahun 2008 hingga sekarang nKZ

Penghargaan

Redaktur Budaya NP Dapat Penghargaan Seni

Ki dalang Sarjono sebagai Penggiat Seni Pedalangan, Sulaiman Dito sebagai Penggiat Seni Lukis, Lanang Setiawan sebagai Penggiat Seni Tegalan, Yono Daryono dan SN Ratmana mendapat Pakarti Seni dan Piek Ardijanto(alm) mendapat Bintang Putra Seni.

ALHAMDULILLAH, besok aku ke Taman Mini. Mau diberi penghargaan seni oleh Pemkot Tegal. Begitu tulis Redaktur Budaya Nirmala Post, Lanang Setiawan melalui SMS pada Sabtu (18/10) pagi sebelum ia berangkat ke Jakarta bersama rombongan duta seni Kota Tegal. Dikatakan Kepala Dishubparsenbud, Sumityo Sip, dari sembilan nominator hanya enam seniman yang mendapat undangan untuk berangkat ke Taman Mini.
"Enam seniman itulah yang memperoleh penghargaan itu," jelas Sumito kepada NP, Jumat (17/10) melalui telpon.
Kemudian via SMS, Minggu (19/10) siang Lanang menjelaskan, ada enam seniman untuk lima jenis penghargaan. Yaitu Ki dalang Sarjono sebagai Penggiat Seni Pedalangan, Sulaiman Dito sebagai Penggiat Seni Lukis, Lanang Setiawan sebagai Penggiat Seni Tegalan, Yono Daryono dan SN Ratmana mendapat Pakarti Seni dan Piek Ardijanto (alm) mendapat Bintang Putra Seni.
"Sulaiman Dito tidak hadir, penerimaan penghargaan diwakili oleh Ketua Dewan Kesenian Tegal, Ki Barep. Sedangkan penghargaan kepada Pak Piek (alm) diwakili menantunya, M Iqbal," jelas Lanang.
Menurutnya, penghargaan seni diserahkan Walikota Tegal, Adi Wanarso dalam rangkaian Pagelaran Seni Budaya dan Pameran Produk Unggulan serta Halal Bihalal Pemda Kota Tegal dengan Ikatan Keluarga Besar Tegal (IKBT) Bahari Ayu Jakarta, Minggu (19/10) di anjungan Jawa Tengah TMII.
Penghargaan itu tidak lepas dari perhelatannya di dunia kesenian khususnya seni Tegalan. Jika ditilik dari koleksi karyanya, Lanang memiliki ragam karya, baik sastra maupun suara. Seperti Kumpulan puisi Tegalan berjudul 'Nggayuh', novel bahasa Tegalan berjudul 'Oreg Tegal', kini novel itu menjadi cerbung di tabloid Suaka Brebes, naskah sandiwara radio berbahasa Tegal berjudul 'Tegal Bledugan'. Kecuali itu Lanang juga menulis naskah drama yang sudah dibukukan di antaranya berjudul 'Lenggaong', 'Ken Angrok Gugat', 'Surti Gandrung' dan 'Ni Ratu'. Sementara album lagu Tegalan direkam atas biaya sendiri (indilabel) berjudul 'Lagi Kedanan' (2002), 'Rika Tega Enyong Tega' (2002), 'Tragedi Jatilawang' (2004) dan dua lagu Tegalan yakni 'Apus Asmara' dan 'Manuk Blekok' masuk dalam album remix Anyar Tegalan produksi Doble R, Jakarta (2000). Teranyar satu lagu berjudul 'Gendul Oclak- Aclik' direlease dalam album Pantura Tegalan 4 (2008) produksi Ariwani record. Ia juga pernah mendirikan Teater Swadesi, tabloid Kontak, Porem, Literasi, Muara Sastra, Jurnal Tegal Tegal dan tabloid Tegal Tegal. Menurutnya, itu merupakan tabloid pertama di Tegal tahun 1998. Karya lainnya, berupa penerjemahan sajak WS Rendra berjudul 'Nyanyian Angsa' ke dalam bahasa Tegalan menjadi 'Tembangan Banyak'. Puisi panjang itu pernah dibaca Bupati Tegal Agus Riyanto dalam acara Jed-jedan maca Puisi Tegalan bersama Adi Winarso, Ketua DPRD Tegal Ghoutsun dan para seniman Tegal. Kemudian dibacakan kembali oleh Agus Riyanto di warung Apresiasi Bulungan Jakarta. Lanang juga menulis buku 'Jalan Panjang Teater' dan 'Sastra Tegal', 'Tegal Dugal' (Catatan Reformasi di Tegal), novelette 'Sibeng', serta pernah mendapat gelar Man of The Year 2004 untuk seniman Tegal. Kini ia sedang mengerjakan memoar tentang perjalanan berkeseniannya berjudul 'Lanang Pengendara Badai'. "Dalam artian badai kreatif yang ditulis sebanyak 500 halaman," kata pemilik prinsip hidup sing penting bergerak, beberapa waktu lalu. Selain itu, sebagai penulis tetap Anehdot Tegalan di Harian Nirmala Post sejak tahun 2008 hingga sekarang nKZ

Foto: Lanang

10/18/2008

Gumam Ham

Gumam Ham

Sekiranya wangi kembang ini
dapat melarung tabir kengerianku. Akan kuhimpun semilir aroma surga dari celah-celah lumut kering merana. Terkelupas di ambang lidah bara keangkuhan. Namun kengerian bersembunyi selalu di relung-relung doa. Di puncak-puncak menara pinta. Di ufuk rayu yang begitu khusuk. Sekiranya aroma bunga seribu pesona dapat kelabuhi peniup naviri. Jika saja daun-daun luruh mampu terjaga dari mimpi yang gersang. Tak mungkin derita jiwa meraung terlalu lama. Saat lembaran maaf tak kunjung berkibar.

Krajan Dalam Berita, Media Cetak Elektronik


Kamis, 14 November 2002 /Berita Utama
Warga Selamatkan KA Dwipangga

DISINGKIRKAN: Masyarakat dan petugas PT KAI menyingkirkan sisa tumpukan kayu dan bebatuan besar yang menimbun jembatan KAI di Desa Krajan Pekuncen Banyumas. Sebelum itu warga berhasil menghentikan laju KA Dwipangga dengan melambaikan obor. (Foto: Suara Merdeka/G17-47e)


BANYUMAS - Satu rangkaian Kereta Api (KA) Eksekutif Argo Dwipangga Jurusan Solo-Jakarta, nyaris menabrak tanah longsor yang menimbun rel KA di Desa Krajan Kecamatan Pekuncen, Rabu dini hari kemarin.
Berkat keberanian tujuh warga Gunung Barang Kidul menghentikan kereta itu, 400 penumpang di dalam delapan rangkaian gerbong selamat. Ketujuh warga tersebut menghentikan KA dengan melambai-lambaikan obor, ketika sebuah jembatan tertimbun batu dan pepohonan yang longsor.
''Kereta menerjang sebuah kayu besar sebelum berhenti di timur jembatan,'' ujar Taufik dan Rudi, warga setempat. Seluruh penumpang KA tersebut selamat, tanpa cedera apa pun.
Dengan menggunakan sorot lampu lokomotif, warga dan petugas KA menyingkirkan tumpukan itu. ''Baru sekitar pukul 05.00 KA dapat berjalan lagi,'' kata Kepala Desa Krajan Slamet Abdul Azis.
Kepala PT KAI Daerah Operasi V Purwokerto Jusman Manurung mengatakan waktu kejadian KA Argo Dwipangga dengan 400 penumpang akan melintas jembatan di desa itu .
Dia menjelaskan, akibat longsoran itu, rel sepanjang 200 meter tertutup tanah pada km 362+700. Jembatan KA di lokasi longsor tertutup pepohonan dan batu. Akibatnya, 11 perjalanan KA terlambat sekitar 2,5 jam.
Sebelas KA itu adalah, KA Jayabaya Selatan tertahan di Stasiun Legok, KA Gajayana, dan Bima di Karang Gandul. KA Sawunggaling dan Argolawu di Petuguran, KA Senja Utama Yogya, dan Taksaka di Bumiayu, KA Senja Utama Solo di Linggapura, dan 2 KA Barang tertahan di Prupuk dan Purwokerto.
Hujan Deras
Kepala Desa Krajan menjelaskan, hujan deras mengguyur desanya sejak Selasa sore. Hujan itu membuat bukit Merca di atas Desa Krajan longsor. ''Longsoran sepanjang 2 kilometer mengikuti aliran Kali Guntur. Selain membawa batu dan pepohonan, longsoran menutup sawah, rumah, dan jembatan KA,'' jelasnya.
Saksi Rudi Wahono (25) warga Gunung Barang Lor menambahkan, sekitar pukul 23.30 terdengar suara gemuruh seperti pesawat terbang lewat. Dia yang sedang di Musala Al Muslimin (50 meter dari lokasi) terkejut. Karena suara tersebut ternyata lumpur, air, dan batu yang menggelinding dari atas.
Sekitar 45 menit kemudian, warga Grumbul Gunung Barang Kidul terbangun karena suara gemuruh itu. Sebuah jembatan KA penuh dengan tumpukan batu dan pohon tumbang. Warga yang hafal waktu KA lewat, segera menyiapkan obor. Ketika KA yang akan lewat datang, warga melambai-lambaikan obor untuk menghentikannya.
Meski penumpang KA terselamatkan, warga mengalami kerugian besar. Antara lain, empat rumah rusak berat. Tanaman padi siap panen seluas 15 hektare musnah tertimbun longsoran. Ratusan tanaman keras tumbang, tiga tiang listrik hilang dan lima yang lain roboh. Akibatnya, listrik di dua grumbul itu hingga kini masih padam.
Kerugian lain, kolam ikan dan ternak penduduk ikut hanyut. Sebuah jembatan dan jalan sepanjang 30 meter yang menghubungkan Desa Krajan dengan Pekuncen terputus total. (G17-47,60e)

Hukum dan Kriminal
23-Aug-2007 14:30:26 WIB
JEJAK KASUS
Habis Manis Sepah Dibuang
Reporter,Cameraman : Nanang Ana Noor - Kuncoro WijayantoPenulis Naskah : Arni GusmiarniTayang : Kamis, 23 Agustus 2007, Pukul 12:30 WIB
Indahnya kisah kasih sepasang anak manusia baru teruji ketika masalah menghadang. Seperti yang dialami seorang janda muda di kawasan Brebes, Jawa Tengah. Ia dibunuh dengan keji, dalam keadaan hamil tua. Diduga, pelakunya adalah sang kekasih. Siapakah dia dan benarkah dugaan tersebut?. Jejak Kasus menghadirkannya untuk Anda.
Tanggal 24 Juli 2007, adalah hari ditemukannya mayat seorang wanita tanpa identitas, yang sedang hamil tua. Ia tewas dengan tubuh tertelungkup di sebuah hutan pinus, di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah.
Mayat perempuan malang itu ditemukan pertama kali oleh Warto, seorang penderes getah pinus di hutan tersebut. Sebetulnya Warto sudah melihat korban sehari sebelumnya. Tapi karena hanya melihat dari jauh, Warto mengira, perempuan itu sedang menanti kekasihnya atau ingin menyendiri. Karenanya ia pun tak mau mengganggu.
Penemuan mayat itu kemudian dilaporkan ke perangkat desa setempat. Tak lama polisi pun datang ke tempat kejadian. Tim medis yang memeriksa korban menemukan bekas luka akibat pukulan benda tumpul di mulut dan kepala bagian belakang. Sementara tulang leher wanita yang sedang hamil tua itu patah.
Polisi menduga, sebelum tewas, korban terlebih dulu dipukul di bagian belakang dan mulut. Belum puas sampai disitu, pelaku kemudian mematahkan leher korban hingga tewas. Dari pemeriksaan tim medis diperkirakan korban sudah tewas sehari sebelumnya.
Sementara warga yang mendatangi lokasi kejadian, juga tak ada yang mengenal wanita berkulit kuning itu.
Hanya saja, sejumlah warga menuturkan, malam sebelum penemuan mayat, berlangsung acara hiburan musik dangdut di lapangan Desa Winduaji. Sore harinya warga juga sempat melihat sepasang wanita dan pria menuju arah hutan tempat ditemukannnya mayat.
Kawasan hutan pinus milik KBPH Pekalongan Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Banyumas tersebut, selama ini memang sering dijadikan tempat wisata. Mereka yang datang ke lokasi itu biasanya berpasang pasangan, sehingga warga setempat tidak curiga jika melihat sepasang muda mudi di areal hutan tersebut. Karena itu juga untuk sementara polisi menduga, pelaku pembunuhan adalah orang dekat korban.
Berkat penayangan di Indosiar, identitas korban pun terungkap. Korban dikenali keluarganya sebagai Amini, seorang janda yang tengah menjalin kasih dengan seorang pemuda lajang. Sang pemuda pun ditetapkan sebagai pembunuh perempuan beranak satu tersebut. Motifnya, ternyata memang berhubungan dengan status kehamilan korban.
Korban pembunuhan di hutan pinus, di Desa Winduaji, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, akhirnya dikenali sebagai Amini. Seorang janda beranak satu, warga Desa Krajan, Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah.
Amini terakhir kali diketahui pergi dengan sang pacar. Setelah kepergian itu, korban tak pernah kembali dan ditemukan tewas di hutan pinus Desa Winduaji Paguyangan Brebes.
Salah seorang kerabat korban beberapa kali pingsan, menerima kenyataan tragisnya kematian Amini. Kepergian Amini untuk selamanya itu memang mengejutkan keluarga dan warga Desa Krajan, Pekuncen.
Putra tunggal korban yang masih berusia tiga tahun, seperti tak menyadari tragedi yang menimpa ibunya, yang pasti akan mengubah masa depannya. Sementara itu Gunawan yang disebut-sebut pihak keluarga dan teman korban Amini sebagai orang yang pergi bersama Amini, langsung dicari pihak kepolisian.
Inilah Gunawan. Lelaki tersangka pembunuh Amini tersebut adalah orang yang dikenali keluarga dan teman-teman Amini sebagai orang yang tengah dekat dengan Amini.
Gunawan yang masih bujangan itu mengaku kenal korban sejak 7 bulan lalu, namun baru dua bulan terakhir, mereka semakin dekat, yang berujung pada hubungan suami istri. Selama menjalin hubungan asmara, tersangka dan korban berusaha merahasiakannya pada pihak luar. Setelah sekitar empat kali berhubungan intim, Amini memberitahu tersangka, kalau ia hamil.
Merasa terdesak dengan tuntutan Amini yang minta dinikahi, timbul pikiran tersangka untuk menghabisi nyawa kekasihnya itu. Cinta sudah tak ada lagi untuk Amini. Tersangka kemudian menyiapkan minuman penyegar yang dicampur racun apotas. Lalu ia menyuruh Amini untuk meminumnya.
Beberapa saat setelah menenggak minuman yang diberi tersangka, korban langsung jatuh pingsan dan mulutnya berbuih. Melihat korban terjatuh, tersangka bukannya iba, tapi justru kian sadis. Wajah perempuan yang pernah memadu cinta dengannya itu ia benamkan ke rumput, kemudian lehernya dipatahkan.
Dari pemeriksaan polisi, pelaku pembunuh itu hanya tersangka Gunawan seorang. Tersangka yang sempat tidak mengakui perbuatan jahatnya, tak bisa mengelak lagi, ketika orang tua korban menyebut, terakhir kali korban pergi bersamanya ke tempat mayat Amini kemudian ditemukan.
Tersangka yang masih bujangan berupaya merahasiakan hubungan asmaranya dengan korban yang sudah memiliki anak. Namun toh upayanya itu sia-sia, setidaknya bagi orang-orang dekat korban. Apalagi kemudian korban ternyata meninggalkan sepucuk surat yang menguatkan motif perbuatan tersangka.
Seperti habis manis sepah dibuang. Begitulah nasib Amini. Kalau bukan tersangka, entah siapa lelaki yang menghamilinya. Yang jelas, tak ada yang mau bertanggung jawab.
Di sisi lain, hubungan cinta antara korban dengan tersangka yang tinggal berbeda desa itu berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Demi menjaga perasaan Gunawan, Juariah dan orang tua Amini pun selalu berusaha agar warga sekitar tidak tahu bila Amini dan Gunawan akan bertemu. Hubungan keduanya makin dekat sehingga apa yang dilakukan mereka selama ini sudah layaknya suami istri.
Amini yang dikenal tertutup itupun merahasiakan kehamilannya. Tapi karena khawatir perutnya makin membesar, Amini minta pertanggungjawaban pada Gunawan.
Pihak keluarga dan teman Amini memang tidak pernah menaruh curiga pada tersangka, yang bekerja sebagai supir pribadi pada tetangga Amini. Karena selama ini tersangka dikenal baik dan bertanggung jawab. Hanya saja, menurut Juariah, Amini sempat curiga.
Amini meninggalkan seorang anak bernama Rendy yang masih berusia tiga tahun. Bocah yang belum paham tragedi yang menimpa ibunya itu kini tinggal di rumah kecil berukuran tiga kali empat meter bersama nenek dan kakeknya.
Meski pihak keluarga tersangka mencoba berdamai, namun keluarga Amini tetap bersikukuh agar tersangka dihukum seberat-beratnya.
Apa yang dilakukan tersangka Gunawan memang sadis. Setelah kekasihnya disuruh minum jamu penggugur kandungan yang sebetulnya adalah racun apotas, Gunawan pun menganiaya perempuan yang tengah hamil 6 bulan itu.
Dari hasil otopsi, tidak ditemukan bukti korban tewas akibat keracunan. Polisi hanya menemukan sebuah botol yang berisi cairan berwarna hitam. Kematian Amini justru karena tulang lehernya dipatahkan tersangka.
Sungguh sebuah penyesalan yang terlambat. Kesenangan duniawi yang sempat ia alami bersama korban, membawanya ke sebuah konsekuensi. Yang sayangnya, tak pernah ia perhitungkan sebelumnya. Dan justru membawanya untuk memilih jalan pintas yang amat kelam.(Arni Gusmiarni/Ijs)
Jumat, 15 November 2002
Berita Utama

Jembatan Putus, 2.370 Jiwa Terisolasi
Gubernur Bantu Rp 150 Juta

TERISOLASI:Jembatan Sungai Bingglu yang menghubungkan Grumbul Bojong Desa Kracak dengan Kota Ajibarang putus total diterjang banjir. Sekitar 2.370 warga Bojong terisolasi.(Foto:Suara Merdeka/G17-68t)


BANYUMAS- Menyusul bencana tanah longsor di Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas Rabu (13/11) dini hari lalu, dalam waktu bersamaan bencana alam tanah longsor dan banjir juga terjadi di Kecamatan Ajibarang. Bencana itu menimpa enam desa, yaitu Kracak, Ajibarang Kulon, Tipar Kidul, Pandansari, Jingkang, dan Lesmana.
Camat Ajibarang W Purwandono SH dalam laporan bencana alam kepada Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP), Kamis (14/11) menjelaskan, dari enam desa tersebut, Desa Kracak yang terparah.
Secara keseluruhan, banjir dan longsor mengakibatkan 20 rumah rusak berat, enam rumah rusak ringan, satu pagar rumah rusak berat, satu jembatan putus dan satu jembatan kritis, satu dam dadal, dan empat jaringan irigasi rusak berat.
Rumah rusak terkena longsor di lima desa. Yaitu di Desa Kracak sembilan rumah, Ajibarang Kulon dua rumah, Tipar Kidul tiga rumah, Pandansari satu rumah dan satu pagar rumah, dan Jingkang 11 rumah.
Jembatan putus terjadi di Desa Kracak mengakibatkan 474 keluarga di Grumbul, Bojong, Desa Kracak terisolasi hingga saat ini. Sebab, satu-satunya jembatan Bingglu yang menghubungkan antara Bojong dan Kracak/Ajibarang terputus total.
"Jembatan Bingglu panjang 10 meter dan lebar 5 meter, putus total diterjang banjir bandang pada Rabu pukul 00.30 dini hari," papar Kasi Kesra Sodikin kepada Suara Merdeka, kemarin.
Jembatan Kawung panjang 30 meter dan lebar 5 meter yang melintas di Sungai Kawung dalam keadaan kritis lantaran salah satu tiang ambles. Akibatnya, jalur Kracak-Ajibarang dan Cibangkong-Ajibarang ikut terancam putus.
Sodikin mengemukakan, dua dam di Desa Kracak ambrol. Antara lain sebuah dam panjang 10 meter dan lebar 4 meter di RT 5 RW 2. Akibatnya, sawah 35 hektare terancam tidak dapat diairi pada musim kemarau mendatang.
Sementara itu, kerusakan irigasi terjadi di RT 5 RW 7 dan RT 5 RW 2, Desa Kracak, Ajibarang Kulon (Kadus IV), Tipar Kidul (RW III), dan Lesmana (Kadus III).
Serahkan Bantuan
Gubernur Jateng H Mardiyanto melalui Kepala Badan Kesbanglinmas H Slamet Prayitno kemarin menyerahkan bantuan Rp 150 juta. Bantuan tersebut diserahkan di Desa Krajan, Pekuncen kepada Bupati Banyumas HM Aris Setiono SH SIP. Prayit meminta seluruh jajarannya terus mewaspadai kemungkinan bencana susulan mengingat hujan lebat disertai angin kencang terus-menerus belakangan ini. Kepada masyarakat yang terkena musibah, dia meminta untuk bersabar dan tabah lantaran semua cobaan dan musibah datang dari Allah SWT. "Pemerintah akan terus berupaya mencari jalan keluar meringankan beban penderitaan korban dan memperbaiki fasilitas umum yang rusak akibat bencana itu."
Staf Umum Satlak PBB Suyatno SSos MHum mengemukakan, bantuan Gubernur itu untuk korban bencana di Desa Krajan, Pekuncen, lima desa di Ajibarang, dan SD Karangtalun Lor Purwojati yang ambruk.
Dia menjelaskan, selain bantuan Gubernur PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga memberi bantuan Rp 10 juta. Bantuan diberikan oleh Ka Daop V Purwokerto Jusman Manurung yang diterima Bupati Banyumas. "Khusus bantuan dari PT KAI untuk masyarakat Krajan."
Terisolir
Akibat jembatan Bingglu terputus, 474 keluarga atau paling sedikit 2.370 jiwa warga Grumbul, Bojong, Desa Kracak kini terisolasi. Warga Bojong, Supardi, menuturkan para warga sudah tidak bisa menggunakan transportasi jenis apa pun ke Kracak/Ajibarang. "Bisa tapi harus memutar lewat Desa Darmakradenan sejauh 15 kilometer," ujar juragan pisang itu. (G17-68,60j)
Minibus Terbakar, 10 Tewas
* Tabrakan Karambol di Banyumas
Banyumas, Bernas (2001)Sepuluh orang tewas seketika dengan kondisi tubuh hangus terbakar akibat tabrakan karambol di dekat Jembatan Dusun Tonjong, Desa Cibeurung, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Minggu (31/12) sore sekitar pukul 17.00. Korban tewas berada dalam satu mobil yang terbakar.
Tabrakan maut yang melibatkan lima kendaraan roda empat dan sebuah sepeda motor itu terjadi akibat ulah ugal-ugalan sopir bus Sinar Jaya berpelat nomor B 7335 PW, yang memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi lebih kurang 90 kilometer per jam dari arah Tegal- Purwokerto. Lokasi kejadian merupakan jalan lurus dan menurun tajam.
Akibat kecelakaan itu, jalur selatan Tegal-Purwokerto macet total selama kurang lebih empat jam, mulai pukul 17.00 hingga 21.00. "Sopir bus Sinar Jaya itu kini buron, tapi identitasnya sudah kami ketahui," ujar Kapolres Banyumas Supt Drs Imam Basoeki yang dihubungi di lokasi kejadian, Senin (1/1). Kapolres tidak menyebutkan nama sopir itu. Sedangkan Kapolwil Banyumas Sr Supt Drs Carrel Risakotta kepada wartawan di Purwokerto mengatakan, pihaknya menyayangkan awak bus Sinar Jaya melarikan diri. Sehingga, kini polisi masih terus mencari sopir yang dinilai ugal-ugalan itu.
Kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kedua terbesar di jalur selatan Jawa Tengah selama musim libur, hari raya Natal, dan Idul Fitri tahun ini. Kamis (28/12) dini hari lalu terjadi kecelakaan yang mengakibatkan 10 orang tewas --semua korbana adalah warga Yogya-- di jembatan Sungai Gebang, Butuh, Kutoarjo. Korban tewas semuanya adalah penumpang minibus Hijet 55 yang ditabrak sebuah bus Dwi Martha, (Bernas 29/12) Sedangkan dalam kecelakaan di Banyumas Minggu lalu, sepuluh korban tewas berasal dari tiga keluarga, delapan orang di antaranya sudah dimakamkan di kampung halaman mereka di Bukateja, Purbalingga, Senin (1/1) sore dengan diiringi hujan tangis sanak saudara mereka.
Para korban itu adalah Sukaryadi (38), seorang pegawai negeri sipil warga Jembatan Besi Jakarta, istri Sukaryadi bernama Nyonya Munjiah (35), dan tiga anak mereka, yakni Azis (10), Yunus (7), dan Dewi (1,5). Korban lainnya adalah Subandri (25) dan istrinya, Nyonya Jujuk (20), serta anaknya Riska (3). Dua korban tewas yang lain dimakamkan di Kutoarjo, Purworejo, yakni Jumadi (40), warga Jatipulo Jakarta dan anaknya, Dwi Kurniawati (18), mahasiswa Unsoed Purwokerto.
Menurut rencana, tiga keluarga itu kembali ke Jakarta setelah merayakan Lebaran di kampung halaman mereka di Bukateja, Purbalingga dan Kutoarjo, Purworejo. Namun, sebelum sampai ke tujuan, terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa mereka.
Tambah kecepatanBeberapa saksi mata di lokasi kejadian kepada Bernas mengatakan, kecelakaan terjadi akibat ulah sopir bus Sinar Jaya yang ugal-ugalan. Bus berpelat nomor B 7335 PW yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Tegal ke Purwokerto hendak mendahului sebuah mobil sedan Toyota N 1925 GN yang berada di depan bus, dikemudikan Puji Agus Riyanto warga Jalan Oto Iskandar Dinata (Otista) Raya 54, Jakarta.
Namun, saat mendahului sedan itu, bus menyenggol bagian belakang sedan. Meski demikian, sopir bus tidak mengurangi kecepatan atau berhenti, malah menambah kecepatan bus. Sementara itu, dari arah berlawanan datang sepeda motor Honda Grand H 3390 S yang dikemudikan Warno (30), warga Desa Krajan, Pekuncen, Banyumas.
Menyadari ada bus yang melaju kencang ke arahnya, Warno sempat melompat ke kiri, sepeda motor Honda Grand miliknya masuk ke kolong bus nekad itu. Warno mengalami luka ringan.
"Sopir bus tetap saja tidak berusaha mengurangi kecepatan atau berhenti. Sepertinya sopir itu mabuk atau mengantuk. Jalannya bus pun seperti tidak terkendali, oleng. Padahal, saya tahu saat itu bus sarat penumpang," kata Sevila penumpang sedan Toyota yang didahului bus Sinar Jaya itu.
Bersamaan dengan itu, di belakang sepeda motor Honda Grand meluncur sebuah mobil Daihatsu Espass R 7419 XL yang juga sarat penumpang. Benturan keras dua kendaraan, bus dan Espass, pun tak terelakkan. Daihatsu Espass yang dikemudikan Sukaryadi (38) itu ringsek masuk ke kolong bus.
Persis di belakang Daihatsu Espass datang Toyota Kijang B 7803 TR yang dikemudikan Doni (35), warga Jakarta Selatan. Namun, Doni berhasil menghindari tabrakan dengan bus.
Semua korban yang meninggal ialah penumpang Daihatsu Espass. mereka dalam perjalanan kembali ke Jakarta setelah mudik ke kampung halaman.
"Ketika tabrakan itu terjadi, benturannya sangat keras terdengar. Dan, pada saat bus menabrak kendaraan, sudah muncul percikan api yang diduga berasal dari benturan yang terjadi," ujar beberapa saksi mata di lokasi kejadian.
Begitu melihat percikan api, seluruh penumpang sedan Toyota langsung berusaha menjauh sehingga lolos dari maut. Demikian halnya para penumpang bus Sinar Jaya, mereka buru-buru keluar dari pintu depan dan belakang. Setelah itu dalam sekejap api menghanguskan bus, sepeda motor Honda dan Daihatsu Espass bersama seluruh penumpangnya yang masih terjepit.
Menurut informasi yang diperoleh Bernas, sebelum api membesar, pengemudi Kijang sempat berusaha menolong seorang ibu penumpang Daihatsu Espass yang terjebak di kolong bus. Namun, upaya itu gagal karena api dengan cepat membakar semua kendaraan tersebut.
Kobaran api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 18.00, Minggu (31/12) setelah dua unit pemadam kebakaran didatangkan ke tempat kejadian.
Evakuasi para korban berjalan lamban karena kondisi penumpang Daihatsu Espass yang terpanggang api terjepit bodi bus Sinar Jaya. Selain itu, masyarakat yang berkeinginan untuk melihat peristiwa tersebut cukup banyak, sehingga menyulitkan evakuasi. Para korban baru bisa diangkat setelah bus ditarik dengan mobil derek.
Macet empat jamTabrakan itu tak urung menimbulkan kemacetan pada jalur utama Purwokerto-Tegal. Apalagi, saat kejadian, kondisi lalu lintas di jalur itu cukup padat. Antrean panjang kendaraan mencapai puluhan kilometer baik kendaraan yang datang dari arah Tegal maupun Purwokerto.
Untuk mengurangi kemacetan, kendaraan dari arah Tegal dialihkan melalui beberapa jalur alternatif. Dari arah Purwokerto dialihkan ke jembatan yang bersisian dengan jembatan Tonjong. Arus lalu lintas baru kembali normal sekitar pukul 21.00.
Dihubungi terpisah ketika sedang memantau arus balik di terminal bus Purwokerto, Senin (1/1), Sekjen Departemen Perhubungan Anwar Supriyadi mengatakan, pihaknya akan segera meninjau kembali izin trayek bus Sinar Jaya. Apalagi, bus Sinar Jaya sudah berulang kali melanggar dengan mempekerjakan sopir yang ugal-ugalan, sehingga puluhan nyawa melayang akibat perilaku sopir yang kasar dan ugal-ugalan itu.
"Izin trayek bus Sinar Jaya itu akan segera kami tinjau ulang. Jika memang pelanggarannya sudah berat, ya akan kami cabut. Di sisi lain, kami juga akan memanggil pemilik bus Sinar Jaya, apakah sudah melakukan pembinaan kepada awak sopir bus yang dipekerjakannya," ujar Anwar Supriyadi.(chr/yy)



24/01/2008 08:17:57 PURWOKERTO (KR) - APBD Banyumas menganggarkan alokasi dana bantuan tak terduga (BRR) sebanyak Rp 5 miliar. Anggaran tersebut dimaksudkan sebagai belanja untuk rehab atau membangun pelbagai fasilitas masyarakat akibat bencana alam. Meski demikian, pengesahan dana tersebut masih menunggu pengesahan APBD oleh Gubernur Jateng. Sementara, berbagai fasilitas masyarakat yang mengalami kerusakan akibat bencana alam, seperti banyaknya gedung sekolah yang rusak sudah antre untuk segera direhab. “Paling cepat 15 hari atau awal Februari dana tersebut baru bisa cair” kata Ketua Komisi D DPRD Banyumas, Ahmad Ikhsan, kepada KR di ruang kerjanya, Selasa (22/1). Menurutnya, mekanisme pencairan dana APBD kabupaten/kota sekarang ini memang harus disahkan terlebih dahulu oleh gubernur propinsi maing-masing. Untuk itu beberapa pengurus sekolah yang gedungya telah mengalami kerusakan hebat dan minta segera diperbaiki untuk bersabar. Disebutkan, akibat bencana tanah longsor di musim hujan sekarang, sedikitnya 7 gedung sekolah mengalami kerusakan parah dan minta segera diperbaiki. Ke-7 gedung sekolah tersebut terdiri SD Cingebul 2 Lumbir, SD Pekuncen 2 Jatilawang, SD Tiparkidul 1 Ajibarang, MI Krajan Pekuncen, SMP Maarif Sumpyuh, dan SMP Negeri 1 Patikraja, dan SMP Negeri 2 Rawalo. “Yang paling harus segera ditangani adalah rehab untuk gedung SD Cingebul 2 Lumbir. Sebab gedung tersebut sampai sekarang masih rawan longsor karena talud dan pagar keliling SD belum dibangun,” tandas Ahmad Ikhsan. (Ero) -c
Jejak dan Rambut Harimau Jawa Ditemukan di Gunung Slamet
PURWOKERTO – Sejak beberapa tahun belakangan, muncul silang pendapat keberadaan Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica). Satu sisi, ada pendapat yang menyatakan, jenis satwa buas tersebut telah punah. Namun di sisi lain, muncul keyakinan Harimau Jawa masih ada, meski populasinya diambang kepunahan. Ternyata, dari penelitian terakhir yang dilakukan Komunitas Peduli Selamet (Kompleet) Purwokerto, disimpulkan Harimau Jawa masih ada di Hutan Gunung Slamet. Riset yang dilakukan Kompleet, Mei-Juni 2001 ini, didasarkan pada pengalaman dan berbagai ekspedisi pencarian Harimau Jawa di Hutan Gunung Slamet. Menurut Koordinator Program Kompleet Agung Nugroho, beberapa kelompok riset sebelumnya telah melakukan ekspedisinya dan hampir semuanya memberikan hasil positif mengenai keberadaan binatang mengaum itu. Kelompok Pecinta Alam Capra Pala (Kappala), Fakultas Peternakan, Unsoed, Purwokerto sejak tahun 1999 mengadakan ekspedisi melalui wilayah Krajan Kecamatan Pekuncen Banyumas. Ekspedisi ini dilakukan setelah mendapatkan informasi dari penduduk setempat, harimau sering turun ke desa memakan ternak milik warga. Bahkan, dari keterangan masyarakat, tahun 1997 seekor harimau loreng terjerat dan dibunuh warga. Hasil riset yang dilaksanakan dalam beberapa bulan itu memang tidak menemui secara langsung Harimau Jawa, tetapi berhasil mendapatkan sampel feses (tinja) di beberapa areal seperti persawahan dan hutan produksi Perhutani. Penelitian lainnya mengenai Harimau Jawa juga telah dilaksanakan Tim Pencari Fakta Harimau Jawa (TPFHJ) di kawasan Taman Nasional Meru Betiri tahun 1997. Ekspedisi dan pemasangan kamera trap selama berbulan-bulan tidak menemukan hasil berupa sosok, tetapi hanya berupa bekas aktivitasnya seperti jejak kaki, feses, cakaran, dan rambut. Meski begitu, Koordinator TPFHJ dan peneliti dari Kappala Indonesia Didik Raharyono SSi menyebutkan, hasil riset itu perlu ditindaklanjuti dan tidak dapat langsung disimpulkan bahwa Harimau Jawa telah punah.Agung mengungkapkan, penelitian terhadap Harimau Jawa tidak sama dengan riset terhadap spesies lainnya. Penelitian ini tidak bisa lepas dari informasi masyarakat sekitar kawasan. "Ini dilakukan mengingat jumlah spesies ini sangat langka sehingga memerlukan waktu lama untuk menjumpainya. Bagi warga setempat yang sering keluar masuk hutan, sudah tidak asing lagi kalau mereka sering bertemu dengan harimau,"kata Agung. Akan tetapi, dia menandaskan, cerita ini jelas bukan merupakan hasil kesimpulan yang didapat Kompleet karena cerita sama sekali tidak dapat diterima masyarakat ilmiah. Inilah mengapa, katanya, Kompleet sangat berkeinginan untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah mengenai keberadaan Harimau Jawa tersebut. "Kita mengambil beberapa titik untuk melakukan riset, yakni di Kaliwadas dan Kalikidang Kabupaten Brebes serta Krajan, Semaya dan kalipagu di Banyumas,"ujarnya. Dari hasil riset selama dua bulan, Tim Peneliti Kompleet mendapatkan beberapa sampel, di antaranya feses, rambut, dan jejak kaki, bahkan kulit harimau. Feses harimau, misalnya, ditemukan dengan diameter 2-3 cm. Sementara dilihat dari struktur dan tampak luar, umurnya antara 6 bulan dan 1 minggu. "Temuan lainnya berupa jejak kaki dengan diameter sol antara 7-12 cm. Di bawah cakaran tersebut, juga ditemukan beberapa rambut yang tercecer dari makhluk hidup itu.,"katanya. Rambut, lanjutnya, juga didapatkan di tempat peristirahatan harimau. Tempat ini diidentifikasi masyarakat karena mereka sering melihat harimau beristirahat. "Sedangkan sampel kulit harimau didapat dari penduduk Kalimanggis, merupakan sisa kulit Harimau Jawa yang terbunuh karena kena jerat tahun 1997."Kemudian tiga mahasiswa, masing-masing Erwin Wilyanto dari Fakultas Biologi UGM Yogyakarta, Wita Isriyanti dan Irah Adriany dari Fakultas Biologi Unpad Bandung melakukan analisis rambut harimau yang didapat Kompleet dengan mikroskop elektron di laboratorium Zoologi LIPI. Analisis rambut didasarkan atas perbedaan kutikula (sisik luar) dan medula (sisik tengah) pada mamalia. Selain itu, sampel lapangan juga dicocokkan dengan rambut yang tersimpan di museum Zoologi Cibinong."Hasilnya, rambut yang ditemukan di lapangan adalah milik Harimau Jawa. Dari 173 sampel yang didapatkan di seluruh Jawa, 12 di antaranya menunjukkan jenis Harimau Jawa. Dari 12 tersebut, enam di antaranya adalah sampel dari lapangan di Gunung Slamet,"tandas Agung. Dua sampel yang didapatkan adalah contoh di lapangan yang ditemukan Mei 2001. (SH/liliek darmawan)


Nusa
Sembilan Rumah Hanyut Diterjang Banjir di Banyumas13 November 2002
TEMPO Interaktif, Banyumas:Banjir bandang dan tanah longsor mulai melanda wilayah Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (13/11) menjelang sahur. Meski tidak merenggut korban jiwa, lima rumah hanyut terbawa arus banjir dan empat rumah lainnya roboh terkena longsoran tanah.Bencana alam itu juga mengakibatkan sekitar 2.500 ekor ayam mati tersapu banjir dan 90 hektare sawah dan perkebunan rusak. Dua buah jembatan sepanjang 25 meter putus. Sejumlah warga mengungkapkan, hujan deras yang mengguyur sejak Selasa (12/11) siang hingga Rabu dini hari menyebabkan meluapnya Sungai Guntur di Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen. Bukit Merca setinggi 30 meter yang berada di pinggir Desa Krajan longsor. Potongan-potongan kayu yang baru ditebangi di bukit itu ikut hanyut. Sembilan rumah yang hanyut dan roboh masing-masing milik Ny. Sarkem, Samsudin, Aswan, Sukir, Daslim, Sanah, Yusup, Roji, dan Ridun. Sembilan keluarga itu terpaksa mengungsi karena rumah mereka sudah tidak bisa ditempati lagi akibat rusak total. Ketua RT 1 Desa Krajan, Muhajir, mengatakan arus Sungai Guntur semakin membesar sejak Selasa malam pukul 20.00. Ketika itu, kata dia, hujan deras masih mengguyur daerah Pekuncen. Beberapa saat kemudian, terdengar suara gemuruh yang ternyata berasal dari Bukit Merca yang longsor. Pendataan yang dilakukan aparat Desa Krajan menyebutkan banjir bandang dan tanah longsor juga menyebabkan putusnya dua buah jempatan sepanjang 25 meter. Longsor dan banjir kali ini juga membuat areal kebun dan sawah yang siap panen seluas 90 hektar gagal dipetik hasilnya. Selain itu, enam buah tiang listrik roboh dan dua di antaranya hanyut. Aliran listrik di desa itu sudah putus sejak Selasa malam. Kepala Desa Krajan, Slamet Abdul Aziz, mengatakan anak-anak sekolah untuk sementara bakal kehilangan waktu belajarnya. Mengenai jumlah kerugian, kata dia, masih terus dihitung. Banjir dan longsor juga menyebabkan lumpuhnya arus perjalanan kereta api di jalur selatan. Bukit Merca yang longsor dan terbawa arus Sungai Gentur menutup rel kereta api sepanjang hampir 500 meter. Sekitar pukul 00.20 saat kereta eksekutif Argo Dwipangga hendak melintas daerah bencana, masinis sempat melihat tanda bahaya yang dibuat warga dan berhasil menghentikan kereta apinya beberapa meter menjelang lokasi bencana. Ketua Harian Satuan Pelaksana Penaggulangan Bencana dan Pengungsi Pemerintah Kabupaten Banyumas, Suyatno, memberikan bantuan berupa bahan makanan dan uang masing-masing Rp 1,5 juta kepada korban yang rumahnya rusak akibat musibah tersebut. (Syaiful Amin-Tempo News Room)










Ribuan Ayam Mati Akibat Angin Ribut
Kamis, 3 Januari 2008 - 12:18 wib
BERITA LAINNYA
· 13/05/2008 01:54:47
66 Parpol Kembalikan Berkas ke KPU
· 13/05/2008 01:25:02
Republik Czech Tawarkan Pesawat Latih TNI AU
· 13/05/2008 01:12:21
BK Beri Peluang Parpol Bela Kadernya
· 13/05/2008 00:39:38
KPU Tutup Pengembalian Formulir Parpol
· 12/05/2008 23:58:57
Partai Karya Perjuangan Klaim Didukung Golput
BANYUMAS-Belasan kandang ayam di beberapa sentra peternakan ayam yang hancur dan rata dengan tanah ini berada di empat desa yaitu Desa Cibangkong, Desa Krajan, Desa Karangblimbing dan Desa Banjaranyar, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. Kandang lainnya yang rusak berada di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang, serta Desa Karangkemojing Kecamatan Gumelar. Kondisi paling parah dialami kandang milik Sukirman (52) warga Banjaranyar Kecamatan Pekuncen. Dari empat kandangnya, dua kandang hancur rata dengan tanah setelah dihempas angin ribut. Dua ribu lebih ayam yang berada di dalamnya mati akibat tertimpa reruntuhan . Sukirman mengaku akibat kejadian tersebut dia menderita kerugian sekitar 60 juta rupiah. Karena selain bangunan yang rusak, ribuan ayam yang siap panen tersebut mati. Kini untuk mengantisipasi ambruk susulan, peternak memindahkan ayam ayam mereka ke kandang yang lebih aman."Hampir sebagian besar ayam saya mati tertimpa kandang, padahal ayam-ayam ini siap panen", ujarnya pasrah, Kamis (3/1/2007). Hal serupa juga dialami Rasmin (42), pemilik kandang di desa Cibangkong Kecamatan Pekuncen. Dua kandang miliknya hancur rata dengan tanah, sementara sekitar 1500 ayam yang berada di dalamnya mati. Akibat kejadian tersebut kini Rasmin sudah tak memiliki lagi usaha peternakan. (Saladin Ayyubi/Global/sjn)

Friday, August 26, 2005
Harimau Jawa belum punah !?
Silakan percaya, Harimau Loreng koleksi kebun binatang, atau yang ada di sirkus, pasti dari sub species Harimau Sumatera. Silakan percaya pula, kalau Jawa sebenarnya punya jenis Harimau loreng. Nama kerennya Panthera tigris sondaica. Orang sekitar hutan biasa menyebut Macan Kembang Asem, Kyaine, Simbah, Gembong atau entah apapun namanya.Perkara Harimau Jawa punah atau belum, ternyata bukan soal sepele. Selama ini antara “masyarakat ilmiah” dan masyarakat sekitar hutan terjadi silang pendapat. Para ahli menyatakan Harimau Jawa telah punah, menyusul saudara dekatnya, Harimau Bali (Panthera tigris balica). Dasarnya adalah berbagai penelitian yang dilakukan tidak pernah lagi menemukan sosok wujudnya. Tahun 1974, penelitian Seidensticker dan Sujono di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jawa Timur memperkirakan Harimau Jawa tinggal 3 - 4 ekor. Berikutnya riset WWF di tempat yang sama tahun 1994, ternyata menunjukan hasil nihil. Kamera trap sistem injak yang dipasang tidak memotret satupun sosok Harimau Jawa. Celakanya, selama ini TNMB terlanjur ditetapkan menjadi habitat terakhir Harimau Jawa. Jadinya, kesimpulan punah menjadi tidak haram lagi. Pas benar, di habitat terakhir ternyata “tidak menemukan” Macan Loreng terakhir. Ujung-ujungnya, Desember 1996, CITES memutuskan vonis punah.“Kecelakaan” lainnya terjadi ketika pemerintah melalui Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan ikut-ikutan setuju atas klaim tersebut. Dalam buku Strategi Konservasi Harimau Sumatera halaman 4, jelas-jelas disebutkan Harimau Jawa punah. Belum lagi John Seidensticker, dalam buku terbarunya, Riding The Tiger, keluaran 1999, juga menjebloskan Macan Jawa pada label punah. Penelitian tentang Harimau Jawa berhenti, para pakar hidupan liar lantas tutup mata terhadap nasib harimau endemik Jawa itu.Masalahnya jadi rumit ketika masyarakat tepi hutan justru yakin sebaliknya; Harimau Jawa masih ada. Masyarakat pinggiran hutan Gunung Slamet misalnya, menyatakan sering bertemu langsung saat pergi ke hutan. Kadang malah Macan Loreng itu yang dolan masuk ke perkampungan.Masyarakat lereng barat Gunung Slamet, di Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Brebes sering memergoki Macan Loreng turun ke desa. Bahkan minggu kemarin, satwa langka itu keluyuran ke dusun dan menggondol kambing milik warga. “Empat kambing milik mBok Kidem habis diambil tiap hari berturut-turut. Kandangnya dirusak, kambingnya dibunuh dan dibawa lari ke hutan,” ujar Mu’alim, perangkat desa Krajan. Mu’alim menolak kemungkinan warga salah lihat, antara Macan Tutul dan Harimau Loreng. “Warga di sekitar sini bisa membedakan antara Macan Kembang Asem dan Macan Tutul ataupun Kumbang. Kalau Kembang Asem bentuknya loreng dan ukurannya lebih besar dibanding Tutul atau Kumbang,” kata Mu’alim lagi.“Pasti yang makan Macan Kembang Asem (istilah lokal untuk menyebut Harimau Jawa -her), karena beberapa hari sebelumnya banyak orang desa yang melihat. Warga juga niteni, macan besar itu pasti turun setiap bulan Maulud,” jelas Mu’alim yakin. Didik Raharyono SSi, Koordinator Tim Pembela dan Pencari Fakta Harimau Jawa (TPPFHJ) sub divisi Pembelaan dan Pengkajian Lingkungan KAPPALA Indonesia mendukung pendapat masyarakat tentang Harimau Jawa, karena hutan di sekitar Gunung Slamet merupakan salah satu habitatnya. “Indikasi keberadaan Macan Loreng di Slamet sangat besar. Kami sudah melakukan pemantauan di hutan Slamet sejak setahun yang lalu,” ujar Didik. Menurutnya, khusus untuk wilayah Krajan dan sekitarnya, TPPFHJ bersama Forum Dinamika Kepencintaalaman (FORDIK) Purwokerto sedang melakukan pemantauan bersama. Ditambahkan Didik, selama pemantauan di sekitar lokasi tim menemukan jejak yang berukuran besar, kotoran yang mengandung rambut satwa dan cakaran. “Jelas beda antara jejak Macan Tutul atau Kumbang dengan Macan Loreng. Kalau Loreng umumnya memiliki ukuran jejak lebih besar dibanding Tutul dan Kumbang. Kami saat ini sedang melakukan analisis rambut hasil temuan untuk memastikan satwa mangsa, tapi dari kenampakannya mirip rambut lutung,” jelas Didik yang peneliti hidupan liar lulusan Biologi UGM itu. Menurutnya, hutan sekitar Krajan memang sangat potensial menjadi habitat Harimau Jawa, antara lain karena prey atau hewan mangsa masih sangat melimpah, seperti kijang, babi hutan, landak, trenggiling dan lutung. Vegetasi hutan juga masih mendukung, karena banyak tumbuhan tepus, ilalang, glagah, bambu, kaliandra, rotan, kenduru dan pakis. Didik mengakui, temuan cakaran, jejak, rambut maupun kotoran Harimau Jawa menjadi data yang sangat berharga, karena untuk menemukan sosoknya langsung memang sulitnya bukan main. “Macan Loreng memiliki karakter sangat rapi saat menyembunyikan diri. Meski badannya tergolong besar, lebih besar dari Harimau Sumatera, tapi waktu berjalan tidak berisik,” ujar Didik menjelaskan. Mu’alim setuju pendapat tersebut. “Orang tua saya malah pernah menemukan kijang sedang sekarat di hutan. Waktu nengok sambil teriak memanggil temannya, sekelabat kijang itu sudah hilang. Jadi sebenarnya Harimau Loreng sangat dekat sama bapak saya, tapi dia tidak tahu,” kisah Mu’alim. Timbunan TulangDi Jogjakarta akhir Juni lalu, TPPFHJ juga menemukan jejak dan kotoran yang disinyalir milik Harimau Jawa. Temuan tersebut dikumpulkan ketika TPPFHJ melakukan pemantauan bersama petugas Jagawana UKSDA Kanwil Kehutanan DIY di wilayah Pundong, Bantul.Menurut Didik, kondisi kawasan sekitar temuan masih memungkinkan menjadi habitat satwa langka tersebut karena banyaknya gua dan ketersediaan prey, misalnya musang, landak dan tikus. “Cuma, kondisi habitat di Bantul sangat berbeda dengan hutan Slamet. Di Bantul Harimau harus memiliki daya adaptasi yang sangat tinggi, karena hewan mangsa seperti kijang atau babi hutan tidak melimpah seperti di hutan Slamet. Buktinya, dari sampel kotoran kami temukan sisa-sisa remukan tulang satwa mangsa. Terus di lokasi tersebut kami juga menemukan timbunan tulang banyak sekali,” ujar Didik Raharyono. “Gua-gua di sekitar dusun memang menjadi tempat istirahat Macan. Warga di sekitar sini juga pernah memergoki Macan Loreng tersebut,” kata Adi Winoto, Kepala Dusun di Pundong. Adi Winoto menambahkan, beberapa warga pernah memergoki Macan Loreng saat akan pergi ke ladang. Adi juga optimis, untuk ketemu harus menginap beberapa malam sambil membuat api unggun. “Pernah ada seorang pertapa dari Imogiri tiba-tiba membatalkan niatnya karena didatangi Macan Loreng,” kata Adi lagi. Tempat-tempat itu memang jarang dijamah warga dusun, kecuali orang luar desa yang memang sengaja akan bertapa. TPPFHJ tengah mengadakan kajian data-data temuan untuk menentukan prioritas pemantauan di lokasi-lokasi yang dianggap paling tepat. “Sekarang kami juga sedang mengupayakan pemotretan dengan kamera trap sistem inframerah. Kameranya pinjam ke Taman Nasional Meru Betiri. Pokoknya kami akan total riset untuk Macan Jawa, masak pelaporan masyarakat selalu diremehkan jika mengatakan masih menjumpai Macan Loreng,” ujar Didik semangat. Dari hasil pantauan TPPFHJ, beberapa tempat di Jogjakarta juga sering dikunjungi macan, misalnya di sekitar daerah Paliyan, Gunungkidul.“Biarkan para pakar ngomong punah. Mereka toh bukan masyarakat lokal yang tinggal dekat hutan. Bukan masyarakat yang hidup dari hutan. Nah, tinggal kita percaya yang mana, masyarakat lokal atau para pakar?” ujar Didik saat ditanya tentang label punah atas Harimau Jawa.Selama tiga tahun ini TPPFHJ melakukan studi dan pemantauan Harimau Jawa dari berbagai tempat, seperti di Meru Betiri, Raung, Ijen, Penanggungan, Arjuno, Wilis, Muria, Blora, hutan Gunung Slamet, sampai Jogjakarta, di Bantul dan Gunungkidul. “Dalam pemantauan kami tidak pernah sendiri, tapi melibatkan jagawana, pencinta alam dan masyarakat tepi kawasan misalnya pemburu, pawang macan, dan pencari kayu. Cita-cita kami pusat study Harimau Jawa harus ada di Jogjakarta, karena berbagai sampel temuan yang mengindikasikan keberadaan Harimau Jawa saat ini kita koleksi di Kappala, untuk kita pelajari bekas aktivitasnya” kata Didik menjelaskan. Source : javantiger.or.id
Banjir Bandang Landa Banyumas
Banyumas, Sinar HarapanSedikitnya, 15 hektare lahan sawah siap panen hancur akibat banjir bandang yang terjadi di Desa Krajan Kecamatan Pekuncen Banyumas Rabu (13/11) dinihari. Sementara itu, sebanyak delapan rangkaian KA jalur tengah mengalami keterlambatan selama lima jam lebih karena rel sepanjang 200 meter tertutup tanah dan pohon-pohonan di KM 362+700 antara Stasiun Legok dan Petuguran.Banjir bandang yang terjadi akibat turunnya hujan deras dan menyebabkan erosi di hutan pegunungan Merca di Kranggan. Banjir bandang membawa kayu-kayu hutan yang sudah terpotong-potong serta menghanyutkan pohon-pohon di sekitar Sungai Guntur yang meluap. Meski tidak ada korban jiwa, sembilan keluarga kehilangan tempat akibat terhanyut banjir.Pantauan SH di lokasi kejadian memperlihatkan, jalan yang menghubungkan antara Desa Krajan dan Pekuncen putus, jalan setapak dekat jembatan rel sepanjang 1 km hilang dipenuhi dengan Lumpur. Sementara itu, puluhan keluarga yang menghuni di Dusun Gunung Barang Kidul Desa Krajan terisolasi karena jalan keluar dusun hilang. Kepala Desa Krajan Abdul Asis menuturkan di lokasi kejadian sebetulnya warga tengah menanti datangnya panen yang kemungkinan tiga minggu lagi. “Panenan itu menurut rencana hasilnya akan dipakai keperluan lebaran. Namun dengan peristiwa ini, mereka hanya bisa pasrah,”katanya. Dijelaskan, dari inventarisasi yang dilakukan, ada ratusan tumbuhan keras roboh dan tumbangnya enam tiang listrik sehingga aliran listrik ke desa setempat dimatikan.Camat Pekuncen Asis Kusumadhanu mengatakan Sungai Guntur tidak terlalu diperhitungkan akan menimbulkan bencana karena alirannya tidak besar. Tetapi, katanya, karena penebangan hutan di bukit Merca Kranggan, menyebabkan erosi dan menghanyutkan kayu-kayu yang telah ditebangi.Sementara itu, Kahumas PT KA Daop V Purwokerto Supriyadi yang dihubungi, Rabu malam, menyebutkan akibat kejadian itu, 11 rangkaian KA terpaksa harus tertunda keberangkatannya antara 3-5 jam. KA Argo Dwipangga jurusan Solo-Jakarta berhenti hanya sekitar 50 meter dari jembatan yang tertutup lumpur serta pohon-pohonan. Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Klimatologi Semarang, Drs Widada Sulistya DEA, mengatakan kecepatan angin yang saat ini terjadi di Jateng rata-rata 20 knots. Kecepatan yang termasuk tinggi masih dibarengi dengan derasnya hujan yang dalam catatannya pernah mencapai 60 milimeter sehari.Gejala hujan deras dengan angin kencang dan petir tersebut, menurut Widada, akan terjadi di Jateng sampai dengan pertengahan November atau paling lambat akhir November ini. Pada awal Desember musim hujan berdasar prakiraan BMG sudah dimulai. Sementara itu, puncak musim hujan akan terjadi pada awal Januari, di mana curah hujan bisa mencapai lebih dari 200 milimeter per bulan. (lid/yud)




Copyright © Sinar Harapan 2002
Jawa Tengah

Sabtu, 31 Mei 2003



2.103 Mata Air di Banyumas Rusak
Banyumas, Kompas - Sekitar 70 persen atau sebanyak 2.103 dari jumlah mata air yang terdapat di Kabupaten Banyumas-seluruhnya 3.005 mata air-saat ini rusak dan berubah menjadi mata air tadah hujan. Kerusakan tersebut terjadi akibat perubahan tata guna lahan dan kerusakan lingkungan. Akibatnya, masyarakat di sekitar sumber air terancam kekurangan air bersih.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyumas Wisnu Herwianto, Jumat (30/5) di Banyumas, mengatakan, letak ke- 3.005 mata air tersebut tersebar di 27 kecamatan di Banyumas.
Sebanyak 865 mata air terdapat di Kecamatan Cilongok, di Kemranjen (446 mata air), di Ajibarang (337), di Banyumas (270), di Pekuncen (185), di Sumbang (174 ), di Somagede (116), dan sisanya tersebar di kecamatan lain.
Menurut Wisnu, sebanyak 2.103 mata air mengalami penurunan debit air, terutama pada musim kemarau. Apabila lingkungan di sekitar mata air itu tidak segera dibenahi, sejumlah mata air itu akan menghilang perlahan-lahan.
"Oleh karena keterbatasan dana, baru empat mata air yang sedang kami upayakan pemulihannya, yakni mata air di Desa Tipar, Kecamatan Rawalo, Desa Kebumen, Kecamatan Baturaden, Desa Krajan dan di Desa Petahunan di Kecamatan Pekuncen. Untuk perbaikan mata air lainnya, kami sedang mengusulkan dana penyelamatan mata air," ujar Wisnu.
Penghijauan
Dia menjelaskan, untuk menyelamatkan seluruh mata air yang terancam mengering itu dibutuhkan dana cukup besar. Dana tersebut digunakan untuk menghijaukan lahan di sekitar mata air. Lantas, setelah dihitung, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas harus menghijaukan sekitar 30.050 hektar lahan. Untuk itu, Pemkab Banyumas harus menyediakan bibit tanaman sedikitnya 11,858 juta batang pohon.
"Setiap mata air membutuhkan sebanyak 400 batang tanaman yang ditanam dalam radius 200 meter penanaman pohon," kata Wisnu.
Persoalannya, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyumas tak dapat memaksakan penanaman lahan di sekitar areal mata air. Pasalnya, hampir 70 persen mata air tersebut berada di dalam tanah masyarakat.
Selain itu, lahan di sekitar sumber air sudah telanjur dibangun penduduk untuk permukiman. Perbaikan mata air rencananya akan dilaksanakan secara bertahap. Diharapkan, upaya pemulihan mata air ini selesai dalam jangka lima tahun ke depan. (ANA)
Angin Topan Hancurkan Peternakan di Banyumas

indosiar.com, Banyumas - Angin topan ini melanda Desa Krajan dan Karang Blimbing Kecamatan Pekuncen, Banyumas, berlangsung cepat dan terjadi susul menyusul. Sehingga menghancurkan kandang diareal perternakan ayam desa tersebut.
Salah seorang penjaga kandang bahkan sempat tertimpa kandang, namun hanya mengalami luka ringan. Selain menghancurkan kandang ayam milik Sugiarto warga setempat, angin juga menumbangkan puluhan pohon yang berada di pinggir jalan dan sempat memacetkan ruas jalan desa. Akibat hancurnya dua kandang milik Sugiarto sekitar 6000 ayam mati tertimpa.
Sementara itu, petang harinya angin topan kembali menghancurkan lokasi peternakan ayam milik Samilin di Desa Karang Blimbing. Dilokasi ini kandang ayam hancur total dan 10.000 ayam mati tertimpa reruntuhan kandang. Insiden ini menyebabkan kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Para peternak berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan akibat musibah ini. (Nanang Anna Nurani/Sup)
Last updated: 26/12/2006
RSS Feed

Jaringan Kerja Seniman Tiga Daerah


JKS Tiupkan Nafas Seniman Mandiri

Wadah ini media penjalinan komunikasi di antara seniman lintas wilayah. Segala kiprah dalam berkarya tidak bergantung pada kucuran dana pemerintah...

SETELAH 18 bulan wacana berdirinya sebuah wadah yang mampu mengakses kebuntuan komunikasi para seniman potensial di tlatah pantura yang terisolasi oleh industri kebudayaan akhirnya pada Kamis (16/10) akan dideklarasikan Jaringan Kerja Seniman (JKS) Tegal - Slawi - Brebes. Keberadaannya bukan sebagai rival Dewan Kesenian yang bersifat legal formal. Melainkan kanca batir (rekan) di ranah cipta dan apresiasi karya seni yang tak mau disetir. Ungkapan itu dipaparkan salah seorang koordinator JKS, Nurhidayat Poso, Selasa (14/10).
"Tegal Kota sebagai basis proses lahirnya para seniman dengan beragam karyanya terbukti mampu mencuatkan mercusuar dunia seni di Tegal sehingga menjadi arah tujuan apresiasi dan kajian bagi para pengamat budaya baik nasional maupun international," kata Nurhidayat.
Namun, lanjutnya, di penjuru tlatah Pantai Utara (Pantura) yang meliputi Brebes- Tegal - Slawi banyak terdapat kantong-kantong seni dengan kualitas para senimannya yang tak terjamah oleh pembinaan para pejabat seni yang memiliki lembaga formal. Mereka hanya sebagai penonton serta tidak pernah menjadi bagian dalam peran. Semua itu akibat terputusnya jaringan sehingga akses untuk aktualisasi karyanya terbelenggu. Diperparah dengan adanya industri kebudayaan. Dimana siapa yang muncul itu didasarkan atas penunjukkan. Semua prosesnya tidak dilakukan dengan cara kompetisi yang obyektif melainkan berdasar relasi yang subyektif.
"Padahal potensi mereka sangat baik hanya saja terkesampingkan. Adanya wadah ini sebagai media untuk penjalinan komunikasi di antara seniman lintas wilayah yang notabene segala kiprah dalam berkarya tidak bergantung pada kucuran dana dari pemerintah," jelas Nurhidayat.
Konsekuensi dari independensi para seniman yang tergabung dalam JKS, menurutnya, masing-masing seniman harus mampu menjadi networker, kreator serta piawai dalam memenej hasil kreativitasnya.
Kepengurusan dari tiga wilayah itu masing-masing hanya dibentuk koordinator wilayah. Masing-masing Koordinator Tegal Nurhidayat Poso, Koordinator Slawi Nur Ngudiono, koordinator Brebes Lukman Suyanto. Menurut Nurngudiono, anggota JKS bisa siapa saja, yakni para seniman yang ada di tiga wilayah itu. "Asal memiliki komit bahwa seni itu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat." katanya.
Dijelaskannya, deklarasi JKS akan dilaksanakan dalam kegiatan Silaturrahmi dan pentas seni yang akan digelar Kamis (16/10) jam 19.30 WIB sampai selesai bertempat di rumah Dyah Setyowati Dukuh Sabrang Rt 02/04 Pangkah Slawi, Kabupaten Tegal.


Dari Deklarasi JKS (1)
Sisdiono Ahmad :
Kesenian Bisa Ambil Peran

Kalau ranah agama tidak bisa memperbaiki perilaku mereka, seperti para penguasa, maka melalui puisi, naskah drama, sastra karya para seniman agar disuarakan secara terus menerus di berbagai kesempatan dan cara sehingga ada dampak yang menghasilkan perubahan

SELAMA kebijakan pemerintah masih tidak berpihak kepada rakyat. Peran masyarakat termasuk para seniman harus peduli akan nasib mereka. Setidaknya seniman diharapkan dapat menjaga keadaan yang sudah kronis ini agar tidak lebih buruk melalui penyuaraan kritis sehingga mereka mendengar dan berubah. Hal itu dikatakan Sisdiono Ahmad, SPd dalam orasi budaya pada ajang seni yang digelar Jaringan Kerja Seniman (JKS) Tegal – Slawi – Brebes di rumah penyair Dyah Setiyawati, Dukuh Sabrang, Pangkah, Kabupaten Tegal pada Kamis (16/10).
"Jika kita menelaah sepak terjang novelis asal Ceko yang menegaskan bahwa perjuangan melawan kekuasaan merupakan perjuangan melawan lupa, maka sebagai seniman harus tiada henti-hentinya untuk menyuarakan nilai-nilai kebenaran, keadilan melalui bermacam cara dan karyanya," kata Sisdiono.
Menurutnya, dari kisah Milan Kundera, sebenarnya dapat diyakini bahwa dimana-mana eksistensi seorang penyair sebenarnya bisa menjadi tokoh penggerak. Penyair maupun para seniman melalui karyanya harus selalu secara berulang-ulang menyuarakan nilai-nilai dan ide agar didengar semua kalangan termasuk pemerintah untuk menuju kepada sebuah perubahan.
"Caranya tidak hanya di panggung saja tetapi di berbagai kesempatan, agar telinga orang-orang baik masyarakat, wakil rakyat, pejabat tidak hanya mendengar melainkan tergerak jiwanya," tandasnya.
Dijelaskannya, suasana kritis di tengah masyarakat harus diciptakan. Sehingga mampu mendobrak ketimpangan melalui ide dan gagasan yang disampaikan secara intens kepada kelompok yang mapan, para birokrat dan pejabat di setiap tingkatan. Dengan demikinan nantinya para pengambil kebijakan itu mau menentukan keputusan yang membela kepada masyarakat.
"Kalau ranah agama tidak bisa memperbaiki perilaku mereka, seperti para penguasa, maka melalui puisi, naskah drama, sastra karya para seniman agar disuarakan secara terus menerus di berbagai kesempatan dan cara sehingga ada dampak yang menghasilkan perubahan," tandas lelaki yang masa mudanya itu banyak bergelut dalam dunia penulis an puisi.
Yang penting, lanjutnya, jangan pernah pesimis tetapi yakinlah semua manusia, siapapun dia pasti punya perasaan.
“Maka sentuhlah mereka dengan perasaan. Sedangkan seniman sangat lihai dalam mengolah rasa. Tuangkan oleha rasa itu dalam bentuk karya,” tandasnya.

Dari Deklarasi JKS (2)
Bayi Mengadili Diri Kita

BAYI simbul kesucian. Kehadirannya selalu disambut suka cita. Segala harapan ditambatkan. Doa baik ditautkan. Namun dalam dua monolog yang sama-sama membawakan tema tentang bayi, justru menggambarkan penjungkirbalikan kondisi sebaliknya berupa benci dan dendam. Hal itu tersampaikan dalam tampilan monolog berjudul ‘Oa…Oa’ yang dibawakan oleh personil Teater Dami dan Yessa pada ajang deklarasi Jaringan Kerja Seniman (JKS) pada Kamis (17/10) di halaman rumah penyair Dyah Setyawati, wilayah Dukuh Sabrang, Pangkah, Kabupaten Tegal.
Malam itu ada dua sajian monolog yang sama-sama mengangkat persoalaan sosial yang diungkapkan melalui idiom bayi.
Pada sajian pertama, menggambarkan betapa kehidupan seseorang dapat berubah sikap. Dari sosok yang baik dan tanggung jawab berbalik menjadi sosok yang sakit hati penuh dendam pada system dan penentu kebijakan. Karena segala aturan tidak menjadikan seseorang menjadi patuh karena adanya kemudahan. Melainkan sebaliknya sulit sampai terlilit segala aturan. Akibatnya kaum yang tertindas menjadi beringas melawan.
Semantara pada sajian kedua, terbersit tema bahwa kelahiran seorang bayi adalah gerbang kebahagiaan. Karena tersemai cita, cinta, kasih sayang. Namun akibat tidak ada tanggung jawab dan cinta akibatnya segala cita dan indahnya harapan pecah jadi kepingan kaca penyayat jiwa. Dua monolog dengan media bayi itu hanya metafora betapa nilai kesucian yang mestinya kita timang dan dibina ternyata telah mati akibat hilangnya tanggung jawab. Selain monolog juga ada sajian musik pembacaan puisi dari para penyair, antara lain Dyah Setiyawati, Dwi Ery Santoso, Bontot Sukandar, Nurngudiono, Jacky WS, Hartono Ch Surya serta Nurhidayat Poso (hamidinkrazan)

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

9 Nominator Penerima Penghargaan Seni

Semula kami mencantumkan 12 bakal calon nominator, setelah disaring melalui rapat pengurus harian dengan cara seobyektif mungkin akhirnya dikerucutkan menjadi 9 nama yang kemudian diserahkan kepada tim verifikasi untuk ditentukan sesuai kuota yang ada.

PENGHARGAAN Seni oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal kepada seniman melalui Dewan Kesenian Tegal (DKT) merupakan langkah positif sekaligus bukti bahwa kepemimpinan Adi Winarso sangat peduli terhadap jerih lelah para seniman dengan kreativitasnya. Hal itu dikatakan Sekretaris DKT, HM. Enthieh Mudakir, Rabu (15/10).
“Melalui penghargaan ini beliau telah menciptakan sejarahnya. Diharapkan prakarsa ini akan menjadi program tahunan,” kata Enthieh. Dijelaskannya, meskipun penghargaan ini diberikan Pemkot namun teknisnya perekrutannya diserahkan sepenuhnya kepada DKT.
“Semula kami mencantumkan 12 bakal calon nominator, setelah disaring melalui rapat pengurus harian dengan cara seobyektif mungkin akhirnya dikerucutkan menjadi 9 nama yang kemudian diserahkan kepada tim verifikasi untuk ditentukan sesuai kuota yang ada,” papar Enthieh. Kesembilan nominator itu, Piek Ardijanto (alm.), Wuryanto (alm.) SN Ratmana, Sulaiman Dito, Ki dalang Sardjono, Nurhidayat Poso, Yono Daryono, H Tambari dan Lanang Setiawan. Di bawah ini sekelumit tentang biografi mereka:

Nurhidayat Poso
Sekelumit lintasan jejak berkesenian seorang guru SD ini, tidak sebatas teritorial daerahnya, melainkan hingga tingkat nasional bahkan international. Lahir di Tegal 5 Mei 1960. Kegelisahan yang selalu bergulat dalam jiwanya, karena menderunya kerinduan terhadap gerak maju jagad kesenian di Tegal. Peran gandanya sebagai sutradara teater, aktor, penyair dan cerpenis merupakan kerangka kreativitas mewujudkan idealismenya.
Tahun 1979 ia mendirikan Teater Puber. Ikut mendirikan Studi Group Sastra dan Teater Tegal (SGST) tahun 1981. Mendirikan Forum Dialog Budaya Tegal (FDBT) tahun 1992. Turut menerbitkan Majalah PESISIR tahun 1997. Ia menyutradarai lakon di antaranya: Antigone karya Sopochles dll. Lakon drama yang ditulisnya: Abracadabra: “Roro Ireng” (Pemenang penulisan lakon Jawa Tengah). Cerpennya dimuat di sejumlah media regional, nasional dan luar negeri. Cerpennya yang dimuat di majalah Horison berjudul “Sintren Randu Alas” dijadikan naskah drama dan disutradarainya dengan judul “The Sintren of Randu Alas” dengan transkrip Heather Curnow dimainkan para aktor Australia, dipertunjukan pada Top End Writers Festival, satu Vestival penulis kelas dunia yang diadakan di Darwin, Australia. Buku kumpulan cerpennya Semar Panggang dan Gerundelan Wong Tegal. Selain membangun jaringan budaya, ia juga melakukan perjalanan budaya di Australia. Tahun 2007 NP memperoleh penghargaan nasional dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata yang diserahkan oleh Menteri Jero Wacik.

Yono Daryono
Yono lahir di Tegal 25 Maret 1955. Ia berkecimpung di dunia sastra sejak kelas 2 SMA lewat karya berupa sajak. Seiring proses kreativitas Yono menulis artikel dan cerpen. Karyanya bertebar di sejumlah media cetak nasional seperti Majalah Gadis, Kartini, Suara Karya, Mutiara, Merdeka, Suara Merdeka, Wawasan dan majalah Sastra Horison. Sebagai dramawan Yono banyak menulis naskah drama serta termasuk salah seorang pendiri Teater RSPD. Selain sebagai penyiar radio juga pernah menjadi Koresponden RCTI. Sebagai pemimpin teater RSPD, Yono banyak menggarap lakon drama, dipentaskan di Tegal, Purwokerto, Semarang, Cirebon, Jakarta, dan Padang Sumatra Barat (1986). Menjadi sutradara terbaik tingkat Jawa Tengah (1986). Selain sastra dan teater Yono juga merambah dunia sinematografi. Bahkan menjadi peran utama serta masuk nominator Peran Utama Pria Terbaik tahun 1995 lewat sinetron Jejak Sang Guru karya sutradara Imam Tantowi. Penulis naskah dan sutradara drama Sunan Panggung, Opera Brandal Mas cilik.

Lanang Setiawan
Sementara itu Lanang Setiawan, tak kalah menariknya juga. Lelaki kerempeng kelahiran Tegal, 26 Nopember. Sepanjang perjalanan kesenimanannya terdokumentasi secara rinci melaui karya-karyanya. Tahun 1994 ia menulis buku Jalan Panjang Teater dan Sastra Tegal. Melalui buku itu peristiwa kesenian di Tegal periode antara tahun 50-an hingga 1993 menjadi literatur yang menambah khasanah referensi. Ia merupakan pekerja seni yang pertama kali melahirkan kembali adanya Koran Tegal, Kontak, Porem, Literasi hingga tabloid Tegal Tegal, setelah dari kurun waktu antara tahun 1960 hingga 1993. Diapun getol mengentaskan bahasa Tegalan ke dalam media komunikasi terpandang dan representative. Seperti mengangkat bahasa tegalan lewat penerjemahan sajak penyair Indonesia yang dihimpun dalam buku ROA. Melalui gebrakan ini baik kalangan penyair dan lainnya maupun media massa menjadi terkuak keberaniannya menyandang serta mempublikasikan bahasa Tegalan. Karya lainnya, menulis dan mencipta lagu-lagu Tegalan, naskah sandiwara Tegalan berjudul Tegal Bledugan, Wangsalan Tegalan, serta penulis naskah sandiwara Guyon Tegalan. Menulis anehdot Tegalan di Nirmala Post setiap hari, sudah dua tahun dan sampai kini masih menulis kolom itu. Serta banyak karya LS yang sarat dengan sajian dan rasa khas Tegalan. Termasuk menulis naskah drama, puisi tegalan, dan mendirikan Teater Swadesi.

Wuryanto
LAHIR di Tegal (12/12/1927), Wuryanto menulis cerpen sejak tahun 1951. Karyanya banyak dimuat di media lokal maupun nasional diantaranya di Mimbanr Indonesia, Sinar Harapan, dan Suara Meredeka. Dia juga menulis tegalan dan terantologi dalam buku “Ruwat Desa”. Kecuali menulis cerpen menulis juga drama panggung naskah sandiwara radio, salah satunya berjudul ‘Hatinya Sedalam Laut’.Ia pun menulis artikel dan reportase tentang kegiatan kesenian. Sajak-sajak tegalannya di Muara Sastra, Kontak, Porem, Literasi dan tabloid Tegal Tegal, semuanya terbitan lokal Tegal. Wuryanto termasuk salah satu pendiri Lembaran “Banteng Loreng” dan Senidrama “Tunas” tahun 1950-an.

Piek Ardijanto
PIEK Ardijanto Soeprijadi (alm), penyair yang pernah bertugas sebagai Kepala SMU Negeri Grogol di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Piek Ardijanto Soeprijadi dilahirkan di Magetan, Jawa Timur, 12 Agustus 1929. Sejumlah karyanya antara lain: Burung-burung di Ladang (1983), Percakapan Cucu dengan Neneknya (1983), Desaku Sayang (1983), Lagu Bening dari Rawa Pening (1984) mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K Menyambut Hari Sumpah Pemuda, Lelaki di Pinggang Bukit (1984), Nelayan dan Laut (1995), Biarkan Angin Itu (1996). Selain itu, karyanya dimuat pula dalam antologi Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968) H.B. Jassin (ed), Tonggak 2 (1987; Linus Suryadi AG).

H Tambari
H TAMBARI Gustam lahir di Tegal 18 Oktober 1964. Lelaki yang jago humor ini, selain mahir baca puisi, dia getol melancarkan aksi demo saat reformasi. Antologi pantunnya terhimpun dalam buku Pantun Warteg. Salah satu pendiri “Kiret” (Komite Reformasi Tegal) ini juga telah menerbitkan 3 buah buku komik masing-masing berjudul Selamatkan Aku, Jeritan Si Ikan Laut dalam bahasa Tegalan, dan ketiga Selamatkan Pantai Muarareja. Buku yang lain Guyong Gustam, Jangan Tunggu Rakyat Bergerak, Misteri di Balik Masjid Kalisoka, dan Capung Maling. Tokoh yang satu ini termasuk paling gerah dan geram ketika melihat ketimpangan social. Ia pun banyak menulis puisi tegalan, termasuk mendirikan tabloid Muara Pos.

Ki Dalang Sardjono dan Pelukis Dito
KAKEK dari lima cucu kelahiran tahun 1950 ini, Ki Dalang S Sardjono, sejak di bangku SR (sederajat SD –red) hingga tamat dari SLTP di wilayah Adiwerna sudah tergila-gila pada seni karawitan dan wayang. Kegandrungannya pada kebudayaan Jawa itu memaksakan dirinya bercita-cita menjadi dalang yang kondang.
“Cita-cita masa kecil saya memang ingin menjadi dalang yang dapat mengharumkan nama baik bagi orang tua dan daerah kelahiran,” kata Sardjono kepada NP, Rabu (15/10) ketika dijumpai di rumahnya di Kelurahan Kraton Tegal.
Tanpa mengenyam pendidikan sekolah pedalangan, Sardjono tetap tekun mengangsu ilmu pedalangan pada dalang Darto. Dan tak hanya belajar pada dia, empat tahun lamanya dia merguru pada Ki Dalang Suharjo. Dia spesialis menjadi dalang wayang golek. Kali pertama dia mendapat job dalangnya pada tahun 1972 di Slerok. Tahun 1982 ia menjadi duta seni Tegal di TMII, berlanjut hingga lima kali. Pernah mendalang di Semarang, di RRI Purwokerto tiga kali. Ikut kegiatan apresiasi wayang langka dan meraih juara I dalang penyaji terbaik.
“Sebagai dalang harus mampu menghayati karakter tokoh wayang yang dimainkan. Jangan asal gebrak,” pesannya.
Tak hanya Sardjono, salah satu pelukis yang masuk dalam nominator Penghargaan Seniman adalah R Sulaiman Dito. Dia lahir di Grobogan, 4 Januari 1946, R Sulaiman Dito RS alias Dito sejak tahun 1965 menetap di Tegal. Jenjang pendidikan SD hingga SLTA ditempuh di Semarang. Pernah kuliah di UI bagian Paspal di Bandung setahun. Kuliah jurusan Arsitektur di ITB tiga tahun. Setelah drop out lalu tekuni dunia seni lukis dan desainer.
“Saya cenderung pada lukisan beraliran natural ke kanak-kanakan,” kata Dito kepada NP, Rabu (14/10) di sanggarnya.
Pernah pameran lukisan di Tegal, Slawi dan Semarang. Karyanya dikoleksi di sebuah universitas di Australia. Tahun 1980 – 1990 sebagai desainer reklame di Jakarta. Karya monumentalnya, melukis tokoh Ki Gede Sebayu. Mendesain tiga monument seperti tugu Tentara Pelajar di pertigaan Jalan Soepomo, tugu Pancasila di pertigaan timur Alun Alun Kota Tegal dan tugu di pertigaan Tirus (hamidinkrazan)

PUISI PERHELATAN BAYANG DAN KENYATAAN

 LAHIR DAN MELATA  Hamidin Krazan Di Kaki Bromo  Lahir telanjang Jika itu kau jabang bayi lelaki Seharusnya kau tetap bugil teronggok di ata...