9/09/2008

Wanita Mahkota Syurga

Buruh Penjemur Ikan Asin

PROSES pengolahan ikan di sejumlah tempat usaha produksi ikan asin di Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara, Jawa Tengah banyak menyerap tenaga kerja, khususnya bagi kaum wanita.
Di tempat usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin Restu Niaga yang kapasaitas produksi sebanyak 5,5 ton perdua hari, jumlah pekerja untuk proses pengolah sekurang-kurangnya 32 pekerja, meliputi 22 orang untuk bagian penjemuran dan 20 orang sebagai tukang cuci ikan dan tukang sorong yang mengantar tumpukan ikan yang telah digelar di atas widik ke arena penjemuran.
Seperti diakui seorang buruh jemur ikan dan pengepakan, Aliyah (55) di area penjemuran ikan, dalam sehari upah yang diterimanya sebesar Rp 14.000. "Kalau sudah dipotong untuk makan dan transport paling sisanya tinggal Rp 10.000," kata Aliyah, ibu asal desa Mulyo Rejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
Diakui Aliyah, meski hasilnya pas-pasan, namun dirinya merasa bersyukur kalau cuaca baik dan ada bahan baku. Dibanding beberapa bulan lalu, ibu dari tujuh anak ini terpaksa nganggur di rumah lantaran di tempat usahanya tidak ada bahan produksi.
"Mending kalau ada perahu, kita bisa kerja. Tapi kalau nggak ada perahu nelayan yang bongkar ikan di Tempat Pelelangan Ikan, ya ikut nganggur," ujarnya membandingkan.
Seperti dikatakan buruh lainnya asal Pandan Arum, Kelurahan Panjang Wetan, Saidah (48), setiap cuacanya cerah, dirinya mulai melakukan pekerjaan rutinnya dari jam 07.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Jenis pekerjaan rutin itu meliputi, menggelar ikan yang sudah terhampar di atas widik, ikan yang tumpang tindih ditatanya agar merata, setiap beberapa jam satu persatu ikan dibalik agar keringnya merata. Ikan yang sudah kering diangkut oleh tukang sorong ke gudang lalu disortir sambil dikemas sesuai jenis ikan dan kualitasnya.
"Ikan yang masih mulus masuk kategori A dimasukkan ke peti kayu, ikan yang ada lecetnya itu kategori B, sedang ikan yang patah-patah masuk kategori C alias BS dimasukkan ke keranjang," papar ibu yang bekerja sebagai buruh penjemur ikan sejak tahun 1984.
Di tempat pemrosesan ikan asin tempat Saidah bekerja, kini sedang melimpah jenis ikan kayul, sejenis ikan yang bentuknya seperti wayang semar. Menurutnya, ikan tersebut cukup meringankan beban pekerjaan karena bentuknya pipih melebar, lain kalau jenis ikan lemuru itu lebih telaten membolak-baliknya, sehingga membutuhkan kecermatan, ketelitian dan lebih memakan tenaga serta waktu.
Sebagaimana diakui pemilik usaha pengolahan ikan asin, Riyanto, dalam sebulan ini suplai ikan di TPI Pekalongan sedang banyak ikan kayul, dan itu masih mending dibanding pada musim peceklik sebelumnya, yang tidak ada ikan sama sekali. Akibatnya produksi berhenti, para buruhpun nganggur di rumah masing-masing.
"Sebenarnya kalau stok ikan banyak, kami masih membutuhkan pekerja lebih banak lagi, tetapi karena suplai terbatas, sehingga hanya 32 pekerja. Apalagi di TPI hanya ada dua perahu yang bongkar ikan. Padahal tahun sebelumnya sekitar 40 perahu. Semua itu akibat BBM dan bahan pokok yang harganya edan-edanan, sehingga antara biaya akomodasi dan biaya BBM kapal lebih besar dari nilai lelang ikan. Padahal permintan pasar terhadap ikan asin selalu ada," ujar Riyanto - Maret 2008 - (hamidin krazan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga komentar Anda menjadi kebaikan kita bersama

PUISI PERHELATAN BAYANG DAN KENYATAAN

 LAHIR DAN MELATA  Hamidin Krazan Di Kaki Bromo  Lahir telanjang Jika itu kau jabang bayi lelaki Seharusnya kau tetap bugil teronggok di ata...