Prof. Dr. (Hc) Limbad SH (Mbah Lim)

Mbah Lim: Obsesi Garap Sinetron Horor di Lokasi Angker

“Terkadang keahlian seseorang itu sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Saya kebetulan punya teman artis dan akhirnya bisa berkecimpung di dunia glamour itu,”

BERKAT keakrabannya dengan seorang yang biasa menggantikan actor/aktris dalam shooting adegan bebahaya (stuntman), akhirnya therapist asal Kabupaten Tegal, Mbah Lim berhasil menerabas dunia sinetron. Pengalaman yang berhasil dikantongi, tidak hanya sebagai pemain ‘jigo’ alias figuran melainkan sebuah profesi ideal di dunia sinematography yakni sutradara. Hal itu diceritakannya kepada NP, Kamis (25/9) di Padepokan Jalan Semeru Dukuh Waringin Kabupaten Tegal.
“Sekilas kelihatannya gampang bikin sinetron kalau lihatnya setelah jadi, padahal ketika bikinnya sungguh rumit. Tapi kalau sudah tahu jalurnya semua hal bisa dipelajari meskipun tidak melalui jalur pendidikan formal,” kata Mbah Lim usai menonton bersama dengan Ki Ageng Seto dari Padepokan Panglima Kumbang. Sinetron yang diputar malam itu sinetron serial lepas ‘Ghost’ berjudul ‘Jenglot’ hasil besutannya. Sinetron berdurasi 1,5 jam itu diproduksi MD Entertainmen yang ditayangkan di Indosiar.
Diakuinya, kebanyakan profesi sutradara sinetron berawal dari seorang berlatar belakang pendidikan perfilman atau setidaknya pernah ikut workshop perfilman khususnya bidang penyutradaraan.
“Dalam perkembangannya, ternyata tidak sedikit sutradara sinetron yang keahliannya diperoleh secara otodidak, lantaran dia telah menjadi crew film salama bertahun-tahun. Tentunya bukan sembarang crew,” ujarnya.
Galibnya, prsosesnya diawali dari crew yang jobnya berkaitan dengan departeman penyutradaraan, seperti berawal dari seorang Clapper, pencatat adegan (Scrip) dan asisten sutradara (astrada). “Astradapun ada dua sampai tiga. Ada astarda bagian scheduling dan astrada lapangan. Jika keduanya mumpuni biasanya oleh sutradara yang bersangkutan baru ditunjuk sebagai Co sutradara,” paparnya.
Jika sudah bisa mendirect sendiri, lanjutnya, kemudian sutradara bisa mereferensikan untuk menjadi sutradara kepada pihak produser.
Awalnya, Mbah Lim berkecimpung sebagai pemain dengan peran-peran antagonis atau sebagai dukun di sinetron Hidayah yang ditayangkan di Trans TV. Berkat keuletannya dan atas bimbingan seorang sutradara asal Aceh, Ferial Syah, akhirnya ia mampu dan dipercaya pihak produser untuk menggarap sinetron. Hingga kini puluhan sinetron telah digarapnya dan tayang di beberapa televisi swasta.
Karena job sinetron tidak menentu, baginya membuat sinetron bukan menjadi satu-satunya keahlian yang dikerjakan. “Terkadang keahlian seseorang itu sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Saya kebetulan punya teman artis dan akhirnya bisa berkecimpung di dunia glamour itu,” akunya. Belum lama ini, Mbah Lim menyutradari sinetron local berjudul ‘Tumbal Jenglot’. Sinetron itu diproduksi Satria Ningrat, sebagai produsernya Susi Indrawati sedangkan pemainnya para seniman dan masyarakat Tegal.
Kini dirinya berkeinginan membuat sinetron jenis horor ataupun legenda. “Saya ingin membuat sinetron dengan lokasi di daerah yang dikenal sebagai tempat angker,” kata Mbah Lim nKZ

Komentar

  1. malam mas...thanks banget atas komentar dan sarannya...mudah-mudahan nih saya semakin rajin menulis..nanti mas sebagi tempat minta kritik satran ya..sukses

    BalasHapus
  2. ralat mas. sebagi >>>sebagai; satran >>> saran

    BalasHapus
  3. Assalammu'alaikum wrwb,

    Selamat atas bukunya yang ketiga.
    Soal sinteron dan film di Indonesia yang sering memunculkan tema angker, hantu dan jin. Sangat memprihatinkan. Karena membuat bangsa terlena dengan hal-hal ghaib dan menjurus ke syirik.

    Sebaiknya film lebih baik yang berisi pendidikan seperti laskar Pelangi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Semoga komentar Anda menjadi kebaikan kita bersama

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu