Doa Mawas Diri
Oleh Hamidin Krazan
PERINGATAN tahun baru hijriyah sebagai upaya memperbaiki kondisi kehidupan individu dan masyarakat. Kita berupaya meninggalkan (hijrah) dari kondisi kemarin dan kekinian yang banyak apes dan ngenes penuh kedukaan ke kondisi esok yang lebih fresh dan gress diwarnai ke-tahmid-an. Jika kita senantiasa bersyukur Allah SWT akan melipatkan rejeki dan karunia-Nya. Mestinya jangan sampai ingkar, karena sudah terlalu banyak adzab yang menimpa bangsa, terlepas itu akibat ingkar atau ujian iman.
Peningkatan perbaikan diri wajib diupayakan baik secara fisik yang mudah terukur dan teramati, maupun yang bersifat abstrak, seperti sikap mental spiritual agar tercapai tingkatan khusnul khatimah.
Manusia merupakan penyatuan jasmani yang pertumbuhannya mudah terdeteksi, dan rohani yang sulit dipantau tetapi kamuflatif. Sabda Rasulullah SAW, bahwa iman seseorang bersifat fluktuatif. Terkadang keimanannya melejit, ada kalanya menukik. Hal itu orang lain hanya membaca ciri-cirinya saja. Kalau mau jujur, setiap diri bisa mengukurnya.
Temperatur keimanan naik di saat aktivitas diwarnai kebajikan. Sebaliknya manakala rayuan setan membuai jiwa, mantra-mantra maksiat membekukan denyut kalbu, rayuan dajali menuntun langkah ke jerat maksiat, di situlah keimanan tergelepar.
Acap kali ketidakberdayaan itu akibat, pertama, adanya tipu daya setan yang begitu manusiawi. Misalnya demi anak istri seorang suami rela melakukan korupsi. Kedua, kemanusiawian kita yang justru menjelma setan. Seperti ketika seseorang rikuh menolak ajakan relasi ke tempat relaksasi yang notabene lembah prostitusi.
Di awal tahun hijriyah ini, alangkah baiknya jika catatan diri dibaca lagi, baik yang ditulis maupun yang sengaja disimpan dalam memori. Sebaiknya pula kita membuka album jejak dan langkah diri baik yang terekam kamera maupun sketsa abu-abu yang bertebaran dalam pigura maya.
Galibnya, seseorang hanya senang berfoto dalam berbagai kegiatan atas nama kesetiakawanan sosial, amal kebajikan dan kebijakan. Tetapi siapa suka memotret diri ketika sedang memanipulasi data, saat transaksi barang terlarang, menerima uang sogokan, ketika selingkuh dan seterusnya. Bagi mukmin, suka atau tidak harus yakin, semua aksi itu pasti ada rekamannya pada malaikat Atid dan Rakib.
Saat bercermin, ada bacaan doa yang artinya, “Segala puji bagi Allah, ya Allah sebagaimana Engkau memperindah wajahku, maka perindah pulalah akhlakku,” (HR Ibnu Sinni). Begitu juga ketika kita bercermin kepada diri sendiri (muhasabah), pun sebaiknya berdoa. Dalam sebuah riwayat, suatu ketika Syahab ibnu Hurairah RA mohon kepada Rasulullah SAW untuk diajari doa agar terhindar dari budi pekerti buruk, perbuatan dan hawa nafsu yang munkar. Kemudian beliau mengajarkan doa yang artinya, “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan pendengaranku, dari kejahatan penglihatanku, dari kejahatan lidahku, dan kejahatan hatiku serta dari air maniku,” (HR Abu Dawud, Nasai dan Tirmidzi).
Dengan langkah baik dan benar kita jalani tahun baru hijrah ini. Alangkah tepat jika diawali dengan doa perlindungan. Tanpa doa, manusia hanya hamba pelupa dan pendosa. Walahu’alam.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga komentar Anda menjadi kebaikan kita bersama