filosofi ikan cupang

ikan Cupang Laga
Di dalam etika jurnalistik wartawan tidak boleh menerima amplop. Tetapi itu hanya sebuah slogan yang sudah diam-diam saling 'pelanggarannya' dimaklumi. Karena itu, tidak salah ketika salah seorang wartawan mengutip wewarah dari seorang narasumber. "Wartawan boleh galak asal jangan clutak," kata wartawan mengutip kata narasumber.
Dalam dunia ikan hias, ikan cupang terkenal galak. Setelah menyendiri maka lingkungan atau sesama ikan dijadikan sasaran sikap galaknya. Apalagi ketika diberi umpan. Gesit menerkam dengan mulut tanpa memberi kesempatan bagi korban mau 'memberi pesan terakhir' atau tidak. Begitu masukd alam wilayahnya langsung terkam. Atas perilakunya itu, seorang RT di kampungkui yang punya usaha sampingan berjualan ikan cupang menyimpulkan. Bahkan membuat prinsip dalam setiap rehat atau rapat RT di kampung. "Jangan kalah sama ikan cupang," katanya.
"Maksud Pak RT?" tanyaku.
"Berani gertak!" jawabnya.
"Mangan ora mangan sing penting galak," jelasnya sambil nyengir.
Aku mengangguk. lama kusimpan celotehan itu aku simpan. Semakin lama membuatku gelisah. Ini kesimpulan dan penggambaran bagus. Tak sepantasnya hanya diketahui teman-teman di wilayah RT saja. Hingga beberapa bulan berselang, akhirnya aku tetaskan kegelisahan itu. terlebih setelah Kompas edisi Minggu 14/9/08 menulis tentang Ikan Cupang. Kebetulan aku sudah bikin ruang lahir pikir (Blog) akhirnya inilah hasiln ya. (bersambung...)


Ikan Cupang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu