Penderitaan Berharga

Penderitaan Berharga

Oleh Hamidin Krazan

Selama umat Islam melaksanakan ibadah puasa, banyak merasakan ujian dan cobaan. Adakalanya orang melontarkan kata-kata kasar, menghardik, mengacuhkan, melecehkan bahkan melukai perasaan orang lain. Semua itu bagi orang yang sedang berpuasa merupakan sebuah tantangan psikologis. Jangan sampai cobaan itu memancing amarah dan meluapkan emosi hingga diri tak terkendali. Justru sebaliknya, orang yang berpuasa akan menghadapi hal itu dengan sabar dan tabah serta mengucapkan, ”Inni shaaimun.” Arti kalimat ‘saya puasa’ itu semacam ikrar yang tidak henti-hentinya dapat dijadikan kontrol sekaligus pengendalian diri.

Setiap orang yang menjalankan puasa hendaknya selalu menyadari, bahwa selama berpuasa harus memelihara ucapan, perkataan dan perbuatan agar tidak merusak pahala puasa. Dengan demikian puasa mendidik dan melatih seseorang sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai hal.

Tetapi pada saat menjelang perayaan Idul Fitri, yang dikenal dengan Lebaran, seringkali makna itu terkesampingkan. Hakekat puasa sepertinya tersisih oleh kendala iman yang antara lain berbentuk budaya Lebaran. Sehingga pendakian ketakwaan yang telah diperjuangkan dalam beberapa hari menjelang Lebaran nyaris punah. Bubar aspek ketakwaan karena godaan iman, godaan perasaan, godaan pikiran, godaan perbuatan dan segala hal yang justru menciptakan gelisah. Padahal eleman ketakwaan itu antara lain ketenangan batin, keistiqomahan beribadah dan terlimpahnya berkah dalam kehidupan.

Jika puasa ternyata tidak menghasilkan fadhilahnya, Puasa tidak menghapus dosa-dosa kita. Tidak teraih derajat kemuliaan. Alias puasa hanya menuai ngelih dan pecah-pecah di bibir saja? Lantas apakah kita harus berputus asa?

Tidak. Sekali lagi jangan putus asa, karena Allah senantaisa bersama kita. Sedangkan ampunan Allah seluas langit dan bumi. Masih banyak cara lain untuk meraih ampunan, seperti melalui sebuah kesulitan hidup yang kita jalani.

Sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra: Barang siapa bersore hari dalam keadaan lelah karena bekerja, niscaya ia memasuki sore harinya itu dalam keadaan diampuni.

Mengalami kelelahan karena bekerja berat bagi seorang muslim, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya. Yang dimaksud dengan bekerja dalam hadis ini ialah dalam rangka mencari penghidupan untuk mencukupi diri dan keluarganya atau orang-orang yang ada dalam tanggungannya.

HR Ibnu Asakir: “Sesungguhnya di antara dosa itu terdapat berbagai macam dosa yang tidak dapat dihapuskan dengan shalat, tidak dengan shaum, tidak dengan ibadah haji dan tidak pula dengan ibadah umrah. Melainkan hanya dapat dihapus melalui kesusahan-kesusahan dalam mencari penghidupan.”

Hadis tersebut menceritakan tentang keutamaan-keutamaan bersabar dalam mencari penghidupan dan menghadapi kesulitan-kesulitannya. Beruntunglah orang mukmin karena rasa susahnya dibayar oleh Allah dengan pahala dan ampunan. Bila ia bersabar dalam menghadapinya, jika ia mempunyai dosa maka dosanya akan diampuni oleh Allah.*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu