Biar Kotor Asal Halal
Pada Kamis (8/5) pagi di sepanjang kali itu tampak puluhan laki-laki dewasa tengah semlikut mendulang cacing sutera (uget) yang hidup di lumpur kali airnya hitam itu. Di tangan kirinya memegang seser dari bahan kelambu yang panjangnya hampir satu meter. Sedangkan tangan kanannya menghimpun cacing sutera yang bersarang dilumpur lalu dimasukkan ke dalam seser sambil diayak di dalam air. Sekitar segumpal lupur saja yang dipenuhi cacing itu segera dimasukkan ke dalam tong drigen yang terikat dengan tali panjang di pinggannya.
“Umur cacing sutra ini hanya bertahan beberapa jam saja mas, makanya dari cara mengambil sampai di bawa ke tempat penampungan harus serba cepat,” kata Didit kepada NP, Kamis (8/5) yang dibenarkan teman-temannya.
Dijelaskan ayah dari dua orang anak asal Desa Mandiraja, Banjar Negara, Jawa Tengah ini, dirinya datang ke Tegal beserta empat rombongan dengan menggunakan pikup. Setiap satu pikup terdiri dari tujuh orang. Setiap satu orang rata-rata membawa sebanyak enam sampai delapan tong drigen. Sedangkan cacing sutera yang diburunya itu setelah terkumpul dan dibersihkan akan dijual kepada pemilik peternakan ikan lele dan gurame dio Banjarnegara.
“Setiap satu tong cacing sutra kalau sudah disaring dan dibersihkan dalam keadaan masih hidup biasanya mencapai 8 gelas,” papar Ari turut menjelaskan. Setiap satu gelas cacing dijual dengan harga Rp 4.000. Sedangkan setiap orang dalam setengah hari kalau lagi musim kemarau seperti ini, biasanya hasilnya mencapai sekitar 60 gelas.
Dikatakan Didit, cacing sutera merupakan pakan terbaik buat benih lele dan gurameh. Karenanya kebutuhan cacing sutera bagi para peternak merupakan kebutuhan harian. Masalahnya, cacing sutera adanya di tempat got-got dan selekan atau aliran air limbah rumah tangga. Secara kasat mata kotor dan bau bacin. "tapi uang yang saya dapatkan dari hasil menjual cacing tidak kotorkan Mas?" ujar Didit retoris. (hamidin krazan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga komentar Anda menjadi kebaikan kita bersama