Sajak-sajak Hamidin Krazan

Sajak-sajak Hamidin Krazan
I
Jadilah badai lembut dalam akuarium. Agar ikan-ikan tak hanyut dalam hempasan wangi parfum. Belai kewanitaanmu. Penuh asih. Penuh asa. Bagi gelombang tekad. Hempaskan penghalang. Bak kaca bening tak terawang. Indra keenam sekalipun. Sebab hidup memang harus menerjang. Berenang di laut tanpa air. Di darat yang banjir.
II
Kota ini semakin misteri. Sunyi lari semakin sembunyi. Dalam hangar kian lebur. Menari-nari tak satu sudut tersisa tanpa debur. Ombak menindih kian merasuki keguahirauanku. Sujud dan khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di atas samudera pesta. Di pojok hati sunyi tak tersisa. Mencari dan terus mencari. Kenyataan hamba raih misteri.
III
Sunyi di negeri kelam. Negeri yang kian misteri. Sunyi lari sembunyi. Di dasar hingar kian menggelegar. Bagai alas tua diterjang lahar. Tak satu sudut tersisa. Tuangkan setetes. Airmata jadi telaga doa. Tak satu sudut tersisa. Luluhkan debur ombak darah. Mengikis dinding khawas. Gemuruh ekosistem kian merusaki lembah sunyi.
IV
Sujud khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di tengah belantara pesta. Mencari tak kunjung temui. Sunyi kian misteri. Di negeri kelam ini.

Panorama laut
Laut masih luas. Perahu nelayan berdesak. Berlayar arungi gelombang. Nafas mereka terengah di tengah. Terjaring kakap-kakap lahap. Setelah pantai habis. Dikunyah-kunyah sampai ke pangkal perkampungan. Para nelayan terus berlayar arungi keringat sendiri. Menepi berart mati. Para nelayan terus berlayar arungi keringat sendiri. Meski tak kunjung setetes manis menetes. Tuk bekal arungi derita. Kian laut tak bertepi saja.

Tragedi Setiap Detik
Setiap senja wangi nafasmu bertiup. Meluluhkan malam menjadi semakin kelam. Seribu harapan terpanggang di setiap gang penuh bunga api. Gairah fajar menjadi layu. Paginya mentari tak mekar. Di setiap tatapan. Bangkit dari mimpi. Terjaga tiada henti. Setiap detik. Detak jantungmu diperkosa. Angka-angka kian melangkah menggagahi keperkasaan. Entah kapan keberanian hidup diwariskan kepada setiap jiwa di negeri ini.

Panorama Laut
Begitu luas luasnya laut. Masih saja merompak air mata. Membiarkan mendung tangisi malam. Saat matahari tenggelam dalam jurang siang. Gulita terus menggelinding. Duka mengguyur tak kunjung reda.

Seketsa Nelayan
Bagai purnama di musim hujan. Para nelayan menjaring cahaya. Tak kunjung berkecipak di mulut-mulut asa. Hingga terkuras pelayaran panjang. Menjelang tengah hari anak-anak menyambut. Istri menjumput di tepi laut. Senyum merekah. Peluh punah.
Saat hari di telan kabut. Lahap tiada henti. Anak-anak dan istri terkubur menanti.


Kota Misteri
Kota ini semakin misteri. Sunyi lari sembunyi. Dalam hingar kian lebur. Menari-nari tak satu sudut tersisa tanpa debur. Ombak menindih. Merasuki keguahirauanku. Sujud dan khalwatku bersajadah ombak. Di hamparan laut dansa. Di atas samudera pesta. Di pojok hati sunyi tak tersisa. Mencari dan terus mencari. Kenyataan hamba raih misteri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu