Dhimas Riyanto Mengritik Secara Santun

Dengan daya estetika yang kita miliki, sehingga betapapun kondisi tata kehidupan sangat amburadul, tetap diupayakan dalam bentuk syair lagu dengan kemasan santun.

LEBIH dari 200 judul lagu telah ditulis. Seratus di antaranya masuk dalam daftar karya cipta. Tema syair lagu seputar percintaan, potret jaman dan kritik sosial. Yakni pencitraan tentang potret perikehidupan masyarakat Kota Tegal antara jaman dahulu dengan kondisi terkini. Dimana di dalamnya banyak terjadi erosi moral dan semakin musnahnya budaya lokal. Hal itu tercetus dalam obrolah NP dengan pencipta lagu Tegalan, Dhimas Riyanto pada Kamis, (14/8/08) di lokasi shooting video clip album Pantura Tembang Tegalan IV di Tegal.

“Meski diwarnai kritik sosial tapi syair lagu yang saya tulis tidak vulgar dan sarkasme, sehingga siapapun yang jadi sasaran kritik dirinya tidak tertohok,” kata Dhimas. Selain itu, lanjutnya, cara penyampaian kritik dengan cara santun sebagai bukti bahwa bahasa Tegalan itu tidak kasar sebagaimana anggapan orang banyak.

Bagi pengurus PAPPRI Jawa Tengah ini, syair lagu yang ditulisanya selalu dilakukan dengan penuh kesadaran yang disertai rasa tanggung jawab moral. Segala yang terjadi di masyarakat itulah yang tertuang dalam untaian syair. Tentu saja bagaimana agar sesuai kriteria ideal. Yakni syair yang padat, lugas tapi maknanya dapat dicerna pendengar di segala lapisan. “Dengan bekal daya estetika yang kita miliki, sehingga betapapun kondisi tata kehidupan sangat amburadul, tetap diupayakan dibuat dalam bentuk syair lagu dengan kemasan santun,” prinsipnya.

Hal yang tidak kalah penting, kata Dhimas, kepedulian terhadap budaya lokal tidak hanya diupayakan melalui bidang kesenian saja. Melainkan bisa juga melalui berbagai tata kehidupan. Sebagai pencipta lagu, tentu melalui syair yang ditulisnya. Dimana didalamnya diberikan empati dan simpati terhadap eksistensi budaya lokal. Seperti fenomena semakin lenyapnya berbagai bentuk jajanan pasar dan makanan tradisional, lalu tercetuslah ide lagu ‘Jajanan Pasar’. Diharapkan dengan dicantumkannya aneka nama jajanan pasar yang sudah langka di sekitar masyarakat di dalam lagu itu akan memberi rasa bangga bagi para penjual makanan tersebut. Tak kalah pentingnya, upaya itu sebagai tanggung jawab moral terhadap generasi penerus. Karena semua itu akibat adanya transformasi budaya yang tidak sepadan. Seperti fenomena remaja yang lebih bangga dengan jalan-jalan mejeng di mall dibanding menenteng bakul menuai padi di sawah.

“Sebagai seniman kita punya tanggung jawab kepada generasi muda untuk memberi tahu budaya yang luhur, syukur mau meneruskannya. Seperti meraka harus mengenal bahasa ibu,” ujar Dhimas.

Beberata lagunya yang pernah hit dari tahun ke tahun seperti ‘Inyong Cinta Padamu’ (1991), Ana Cerita Ana Kanda (1995), Sendehan Lawang (2004) dan lainnya. Kini beberapa lagu yang sedang dibuat video clipnya, Jare Sapa, Los Pan Pora, Jajan Pasar, Critane Kanca dan lainnya. “Dalam setiap lagu yang saya tulis, di salah satu baris syairnya selalu disertakan doa ataupun harapan,” pungkasnya nKZ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu