BERLINDUNG DARI EMPAT KEJAHATAN

BERLINDUNG DARI EMPAT KEJAHATAN
oleh Hamidin Krazan pada 28 Agustus 2010 jam 11:42

Pada suatu hari Rasululloh Sholallohu’alaihi wassallam menderita penyakit yang cukup parah. Sehingga datang dua malaikat membezuknya. Dari percakapan kedua malaikat itu diketahui bahwa Rasululloh Sholallohu’alaihi wassallam terkena guna-guna atau semacam sihir yang diperbuat oleh seorang Yahudi bernama Labib bin Al A’sham Al Yahudi. Sihir itu berupa gulungan kain dengan simpul-simpul yang ditaruh di bawah batu di dasar sumur si Fulan. Kemudian Rasululloh Sholallohu’alaihi wassallam menyuruh sahabat ‘Ammar bin Yasir untuk mengambil gulungan kain yang disinyalir sebagai guna-guna itu. Setelah sumur dikuras, batunya diangkat ternyata terdapat di bawahnya gulungan kain dengan simpul secara berjajar sebanyak 11 ikatan. Bersamaan dengan itu turunlah surat 113 (Al Falaq) dan surat 114 (An Naas) kepada Rasululloh Sholallohu’alaihi wassallam. Setiap dibacakan satu ayat maka terlepaslah satu simpul ikatan pada kain itu. Hingga akhir surat An Naas selesai dibacakan maka terbuka semua dari 11 ikatan itu.
Bagi orang yang beriman mendapat musibah berupa penyakit yang disebabkan banyak hal memang diyakini sebagai sebuah ujian dari Alloh Subhanahu wata’ala. Begitu juga dengan adanya bala bencana baik yang disebabkan oleh factor alam maupun akibat kesalahan manusia sendiri. Namun bukan berarti kita pasrah dengan hal itu, sebaliknya secara spiritual kita dianjurkan agar aktif melakukan upaya maksimal berupa doa-doa.
Melalui turunnya surat Al Falaq, Alloh Subhanahu wata’ala mengajarkan kepada Rasul-Nya sekaligus petunjuk bagi umatnya, agar manusia harus senantiasa memohon perlindungan HANYA kepada Allah Subhanahu wata’ala. Perlindungan dari segala Ancaman, Gangguan, Hambatan bahkan Terror (AGHT) sekalipun. Semua AGHT bisa berasal dari mana saja, dan dikhawatirkan akan menimpa baik Nabi maupun umat manusia dari dulu hingga zaman sekarang.
Sebagaimana dinyatakan dalam surat 113, Al Qur’an memberi pengarahan agar kita meminta perlindungan kepada Rabb yang menguasai subuh atau Rabb yang menciptakan semua alam wujud dari beberapa hal. Pertama, Perlindungan dari kejahatan makhluk-Nya. Kedua perlindungan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Ketiga, perlindungan dari tukang sihir. Keempat, perlindungan dari pendengki apabila dia berbuat dengki.
Pada ayat kedua, manusia dituntun agar memohon perlindungan dari kejahatan apa yang telah diciptakan Alloh Subhanahu wata’ala. Makhluk Alloh itu sebagian ada yang bermanfaat tapi sebagian di antaranya ada yang berbahaya. Harusnya kita memohon agar terlindung dari semua makhluk Alloh baik makhluk hidup maupun benda mati, baik yang makro maupun mikrokosmos yang berbahaya itu.
Pada ayat ketiga, membimbing manusia agar senantiasa memohon perlindungan dari malam apabila telah gelap gulita. Malam hari biasanya sangat menakutkan dan membangkitkan rasa ngeri pada khalayak umum. Mengingat galibnya, pada malam hari sering terjadi tindak criminal, perbuatan yang mangakibatkan bahaya, pencurian, perampokan, pembunuhan, saat keluarnya bintang buas, serangga beracun yang membahayakan bagi manusia, pemangsa tanaman, buah-buahan, juga beroperasinya dunia maksiat seperti kemeriahan di pub dansa maupun hirukpikuknya dunia gemerlap (dugem). Dalam makna majasi, malam itu identik dengan gelap mata, gelap hati, gelap pikiran yang jika menimpa seseorang maka ia dapat membahayakan orang lain bahkan diri kita.
Ayat ketiga mengarahkan umat manusia, agar berlindung dari kejahatan perempuan-perempuan sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Konon, modus operandi tukang sihir jika sedang melakukan kejahatan pesanan, misalnya memutuskan hubungan suami istri, itu dengan cara membuat ikatan pada sebuah kain yang berisi jampi-jampi. Sipenyihir lantas menghembus dengan mulut yang disertai semburan ludah pada jampi-jampi itu hingga terlepas tali-talinya. Jika lepas maka kiriman guna-guna atau santetnya telah sampai pada sasarannya.
Menurut Syeh Muhammad Abduh dalam tafsir Alfatihah, mengatakan, perilaku tukang sihir itu sebuah metafora dari perilaku manusia yang suka menyebar fitnah, suka mengadu domba, memecah belah umat, memutuskan tali kasih sayang, bahkan membuat lepasnya ikatan antar manusia atau kelompok di bidang muamalah, baik hubungan dagang, organisasi ataupun keutuhan kebangsaan. Dengan demikian orang yang berperilaku semacam itu sebut saja – provokator, tukang biang gossip, politikus busuk, tukang adu domba- itu merupakan perilaku tukang sihir. Karena keduanya menginginkan agar hubungan atau ikatan kasih sayang di antara manusia itu terputus!
Ayat keempat manusia dianjurkan agar memohon perlindungan dari pendengki apabila ia dengki. Semua manusia bisa saja memiliki rasa dengki. Tapi itu manusiawi. Dengki (hasad) adalah mengharap lenyapnya kenikmatan yang dimiliki orang lain. Yang menjadi bahaya adalah ketika sifat dengki itu berubah jadi perilaku dengki. Perbuatan dengki itu bisa muncul dari siapa saja. Mungkin anak, adik, kakak ipar, orang tua, mertua bahkan suami atau istri kita. Tetapi jika kita mengharapkan mempunyai kenikmatan yang serupa tanpa dibarengi dengan harapan agar nikmat itu lenyap dari tangan orang lain, itu namanya persaingan sehat (ghibtah munafasah). Insya Allah itu boleh karena dapat memacu produktifitas diri kita. Yang tidak boleh adalah dengki (hasad). Bahkan kita diperintah agar berlindung dari pendengki apabila ia berbuat dengki. Wallhu’alam bishowab (Disampiakan dalam Kuliah Subuh pada Senin 23 Agustus di Masjid Al Islam Desa Krajan, Pekuncen, Banyumas, Jateng)

Komen sahabat FB
Jamila Parwin: menyukai ini.
Jamila Parwin: Terimakasih tagnya mas n utk selalu di ingatkan....]
Ifa Yulianti Sahab: terima kasih tausiah-nya yg tlh mngingatkn ku tuk tetap mengingat ALLAH SWT, apa kejahatan dr lelaki/wanita hidung belang msk ayat mana?
Kurnia Effendi: Alhamdulillah. Terima kasih, sahabat. Walau pernah membaca terjemah Al-Falaq, baru semendalam ini aku tahu makna perluasannya. Semoga kesehatan dianugrahkan Allah kepadamu sekeluarga. Amin. Aku minta izin untuk menyimpan dan membagikan tulisanmu ini kepada teman2 dekat
Khafid Abdillah: Terima kasih Mas Hamidin....wah jadi terpacu menggali kandungan AL-Qur'anul Qarim...
Muhammad Masrur Islami: rindu aku akan kuliah subuh...
Eka Kurni: Mas,even Pasar kaget di ZPekuncen undah dimuat di KR, kalau g Hari Rabu 25 Agustus 2010. maaf br ngasih tau...
Rae Sita Patappa: uraian yang dalam dan bermanfaat..
makasih udah ditag, Mas..

Hamidin Krazan says:
‎*Teh JP sama-sama mari saling mengingatkan ...
*Bu Guru Ifa: cewok/cowok hibel juga manusia... (makhluk-Nya ) toh...?
*Mas Kef...amiin...selamat mudik..
*Mas Khafid... mari...
*Ung... tulis...biar ditempel di kaca masjid Al Islam.. (he he...ga...k ada majalah dindingnya seeh?)
*Edhon putra... makasih ya, berita di web KRjogya sih dah aku baca...
*Teh Han,*Sdri Rae selamat menempuh malam seribu bulan, semoga karya menjadi bagian dari percikan dari peraihan malam yang amat mulia didamba para hamba-Nya. amiin

PUISI
Menempuh Jazirah Cintamu
oleh Kurnia Effendi pada 29 Agustus 2010 jam 6:01
-Langkah Kesembilan Belas

Dalam perjalanan ini, aku belindung dari kejahatan makhlukmu. Aku bukan seorang pemilih dalam bersahabat, tetapi jauhkan mereka yang bermaksud keji kepadaku. Akulah si cengeng itu, yang akan menangis di kakimu, saat membutuhkan perisai, untuk menghalangi tangan makhluk dzalim merenggut sukma resik dan akal sehatku. Seluruh makhlukmu yang pernah diajak bicara oleh Baginda Sulaiman, tentu ada sebagian yang tak takzim kepadamu, bahkan mengkhianatimu. Mungkin juga aku, yang kini sedang bersimpuh memohon perlindunganmu

Dalam ayun langkah ini, aku sembunyi di ruang terangmu dari gelap malam. Gulita yang melahirkan banyak pikiran buruk, yang menghunus belati dan menebar racun, yang memangsa si lemah dalam keterpojokan, yang menyalakan nafsu untuk memusnahkan. Alangkah kelam misteri terkandung dalam malam, sehingga bulan seolah pahlawan sendirian. Membuat gemintang serupa penanda yang terlunta. Angin berembus lebih keras, hasrat lebih beringas dari besi panas. Aku tak ingin menghitam dalam jubah kejahatan malam, kecuali dalam pelukanmu.

Dalam safari yang tak ingin henti ini, jangan biarkan pengaruh sihir menghampiriku. Kekasihmu yang menjadi cahaya semesta pun tak imun oleh tenung, sebelas ikatan pada lipatan kain berisi pernik jampi ditindih batu di dasar sumur tua. Malaikat meneteskan air mata untuk rasa sakitnya, ambang ajal yang melahirkan firmanmu. Sesungguhnya manusia lemah dari kejahatan di bumi, kecuali mencari kekuatan kepadamu. Akulah si pendosa itu, yang tanpa sadar memainkan sihir dan teluh dengan ucapan maupun tindakan. Dengan kepasrahan, aku ingin pantas memintamu memandikanku

Dalam pengembaraan ini, aku menghindar dari para pendengki dengan meminjam mantramu. Metafora terburuk bagi para penyebar fitnah, perencana adu domba, pemecah belah umat, pemutus tali kasih sayang, penggali niat-niat busuk, mudah dimulai dari rasa dengki. Boleh diawali dari kuncup cemburu yang masuk ke dalam pikiran dan nurani seperti serat lembut, perlahan memamah bening jiwa. Aku mungkin si pencemburu berat, kekasihku, beri tahu apa yang harus kuperbuat untuk menyelamatkan hatiku. Izinkan aku luluh dan leleh dalam cintamu

19 Ramadan 1431, 29 Agustus 2010
Kurnia Effendi

Catatan:
“Puisi” ini diilhami dari ceramah Subuh oleh Hamidin Krazan yang mengisahkan muasal turunnya surat Al-Falaq


Hamidin Krazan Says:
jembatan putih menyatukan ufuk dan kiblat
hatiku hatimu terpaut dalam jejak menuju ke sama
dalam malam
dalam kengerian
kami dekap keberanian
...agar tak terlupakan
di sebrang
setelah kita tinggalkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu