Kerang Penyambung Hidup


PERLIHATKAN HASIL – Rofii sedang memperlihakan kerang hasil pencariannya di pantai Muarareja, Rabu (8/10) (Foto - Ham)

Mendulang Kerang di Pantai Muarareja


ADA pepatah ‘tak ada rotan akarpun jadi’. Bagi warga RT 03 RW 04 Kelurahan Muarareja, Rofii (35) pepatah itu bukan sekedar soal isian pelajaran Bahasa Indonesia yang senantiasa dihapal sewaktu masih duduk di bangku SD puluhan tahun silam. Kini pepatah itu benar-benar menjadi bagian filosofi hidupnya. Saat kondisi ekonomi yang tak kunjung berpihak kepada kawula alit, pepatah itu menjadi support dalam menyambung hidup sehari-hari.
“Biasanya saya kerja jadi awak kapal untuk menangkap ikan di laut. Namun sejak Lebaran sampai sekarang nahkodanya belum bersedia melaut,” kata Rofii kepada NP, Rabu (8/10) di pantai Muarareja.
Menurutnya, sebagian nelayan di Muarareja mulai melaut pada hari Minggu depan. Rofii dan kawan-kawannya memanfaatkan waktu luangnya selama empat hari itu untuk mencari kerang di pantai Muarareja. Usaha itu dianggap cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan harian bagi istri dan seorang anaknya yang masih balita sebagai wujud tanggung jawabnya.
Siang itu, baik Rofii maupun dua kawan lainnya tampak berendam sambil mendulang kerang di semak dasar pantai. Meski pekerjaan itu tampak ringan namun membutuhkan ketahanan fisik, karena ia harus mampu menahan dingin saat angin menerpa tubuh disertai debur ombak kecil tak berkesudahan. “Paling dalam sehari hanya memperoleh tiga kilogram daging kerang,” tutur Rofii.
Dijelaskannya, daging kerang sebanyak itu diperolehnya hampir seharian. Menurut teman seprofesinya, Subur, pencarian kerang biasanya dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB. “Kalau terlalu sore air pantai semakin ganas karena pasang,” jelasnya.
Sampai di rumah, sekarung kerang yang berhasil didapatnya lalu diolah dengan cara disiram air panas kemudian dikupasi cangkangnya. Daging kerang itu dijual ke bakul langganan. “Kini harga daging kerang delapan ribu rupiah perkilonya,” kata Rofii.
Kalau dipikir, ujarnya, hasilnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan penghasilan sebagai awak kapal. “Tapi dari pada tidak kerja sama sekali. Hasil segitu cukup lumayan buat menutup kebutuhan dapur,” akunya (ham)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu