Tekun dan Sukses

Hj Mustabsyirotul Ummah SE

Menata Bisnis Berdasar Survey

PERHATIAN anak ragil dari sembilan bersaudara, Mustabsyirotul Ummah terhadap bundanya, Nyai Hj Faridah cukup besar. Menurut Ummah, sepeninggal ayahnya sebagai tokoh kharismatik di Tegal, KH Muchlas, tidak mewariskan berupa materi buat istri dan sembilan anaknya. Namun Hj Faridah berusaha untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Salah satu kiatnya dengan membuka usaha kecil-kecilan.
Sekitar tahun 1972, Ummah masih duduk di SD 10 Tegal. Waktu senggangnya di antara sekolah pagi dengan sekolah arab (diniyah) sore, dia gunakan untuk membantu bundanya, membuat es plastikan dan membungkusi kripik pisang. Dengan kegiatan rutin di lingkunan keluarganya, Ummah selain diajari prihatin juga berlatih hidup mandiri.
Sedangkan di sekolah, Ummah punya seorang teman akrab keturunan Cina. Meski orang tuanya kaya, setiap ke sekolah, dia membawa bungkusan makanan kecil dan menjualnya kepada teman-teman di kelas. Menyaksikan hal itu, Ummah makin percaya diri dan menginspirasinya, kelak ingin menjadi pengusaha yang sukses.
Setelah taman dari SMP N 1, Ummah diterima di SMAN 1 Kota Tegal. Selain rajin menuntut ilmu dia juga aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Pernah menjabat Ketua PII Putri. Salahs atu tanggung jawabnya sebagai pengurus yaitu bagaimana program yang telah dirancang dapat dijalankan. Program bisa berjalan jika didukung dengan dana. Salah satu upaya pengumpulan dana dari para pelajar, dengan berjualan. Ummah mencoba berjualan buku bacaan dan keperluan siswa lainnya. Dana hasil berjualan buku itu kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan PII sebagaimana yang diagendakan.
Agar dalam membidik cita-citanya semakin fokus, setamat SMA Ummah melanjutkan ke Fakultas Ekonomi UNDIP Semarang. Jalinan persahabatan semakin meluas. Hingga Ummah kenal dengan dua sahabat yang sama-sama memiliki sense of business. Satu orang dari Solo yang suka membawa batik asli Solo. Satunya lagi asal Pekalongan yang sering membawakan barang berupa handuk nama. Dengan modal amanah, Ummah menjual dua produk khas itu di antara kesibukan kuliahnya. Hingga pada suatu hari, papar Ummah, meski ia memperoleh laba sebesar Rp 500, namun rasa senangnya melebihi ketika menerima uang dari saudaranya.
Menjelang wisuda pada tahun 1989, seorang sarjana ekonomi Ahmad Zaini Bisri menikahinya. Sejak itu Ummah kembali menetap di Tegal. Di Kelurahan Panggung dia mendirikan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) dan aktif di majlis taklim. Upaya-puaya untuk mewujudkan cita-citanya di dunia bisnis terus dilakukan. (Ham)

Komentar

  1. ternyata untuk sukses itu susah ya..
    terkadang kita melihat orang pas suksesnya saja, tanpa melihat gimana jerih payah mereka pas lagi niti jalan untuk sukses..
    istilahe pas trukahe..

    BalasHapus

Posting Komentar

Semoga komentar Anda menjadi kebaikan kita bersama

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu