Membalut ‘Kebugilan’ Sarah Azhari


PADA suatu hari aku kunjungi Blogartis di blogdetik.com. Hadir sebagai tamu artis kontraversional Sarah Azhari. Di dalam blog itu Sarah Azhari menulis sbb:
Posted by: sarahazhari 16 January 2009
saya adalah saya
“Bloggers thanks ya atas saran2 dari anda semua,fyi..Betapa banyak yang menyarankan saya untuk menutup aurat ataupun mengenakan jilbab,buat saya hidup itu pilihan,selama saya tidak merugikan orang lain..Seandainya anda semua tidak hanya memperhatikan saya,adik,dan kakak…Saya bahagia dengan apa yang saya pilih dan saya jalankan di kehidupan dan rumah tangga saya..Ada saatnya orang mempunyai batas2 privasi,Mohon maaf saja kalo saya selama ini tidak pernah mengumbar kehidupan rumah tangga saya…Namun yang pasti Anak saya dan saya pribadi lebih nyaman dengan keadaan tersebut tanpa mengumbar kehidupan rumah tangga yang hampir sama dengan kehidupan kebanyakan orang2..ok bloggers sampai di sini dulu ya…Sampai bertemu di lain pembahasan..Take care….”
Meski aku gak ngikutin pembahasan awalnya, namun sekilas dapat dicerna, apa yang dikatain Sarah terkait dengan tampilan fotonya bersama Ramha (adiknya) saat mandi bareng dengan cara wajar (ya layaknya orang mandi di kamar mandi lah..). Persoalannya, ketika mandi dengan layaknya orang mandi--- menjadi sebuah adegan dalam foto, terlebih foto itu menggelinjang bangkit bagai virus mengganas menyusuri lini maya sehingga memperkosa setiap pelupuk mata manusia untuk melotot membuat setiap orang enggan terpejam barang sekejap pun.
Rekan saya melihat tampilan fotonya, langsung nyeletuk, “Lihat jangan mengejapkan mata, sebab jika memandang ke dua kalinya sudah berubah hukumnya. Pandangan pertama itu nikmat, pandangan kedua maksiat,” ujarnya berkelakar. Aku tahu, ucapan itu menyitir sebuah hadis Rasulullah tantang adab Menundukkan Pandangan (Ghadbul Bashar).
Persoalan kedua, obyek foto bukan Mbok Raswi, perempuan berumur 60 tahun yang kerjaan sehari-harinya memetik daun jati lalu dijual ke pasar. Saat istirahat di tengah jalan setapak, dia menyempatkan mandi di pancuran bambu di tepi sawah, sekalipun naked, bugil dan bergaya kerbau mandi, tentu tidak berdampak maksiat yang terlalu memangsa jutaan mata karena orang tua yang biasa-biasa saja, bukan pemilik kulit sawo matang yang seksi dan tenar--- sehingga mata siapa yang tak terbelalak dengan fantasi dan imaji liar?
Sarah adalah sosok yang terlanjur dikenal masyarakat. Katakanlah publik figure. Tentu memiliki tanggung jawab dalam menjaga citranya. Dia besar karena budaya kagum masyarakatnya, jadi harus menghargai itu sebagai suatu kehormatan dan mahkota dirinya. Jangan anugerah itu malah disemena-menakan dengan ‘keteledoran’? dirinya. Sayang!
Melalui pesan dan saran teman-teman Blogger salah satunya, agar Sarah menutup aurat dengan cara menggenakan busana muslimah. Tapi apa jawabannya? Ya itu tadi.
Nah, setelah membaca postinga Sarah itu, aku terus nulis komentar berikut. Semoga Sarah sudah mebacanya: Selanjutnya terserah Sarah dong. Mo bugil ria terus ya silakan, mo mengurung diri ya monggo. Kalo dianya tahan menderita dari keterasingan loh. Persoalannya, menajdi orang yang disanjung, dielukan, dkagumi dan diperbincangkan bahkan dibayar mahal lagi, itu bagi artis bagian dari surga dunianya. Bahkan menjadi semacam CANDU yang membuat dirinya selalu ketagihan. Sensasi cara untuk mengobati ketagihannya itu. Neeh saranku buat Sarah:
Sarah adalah sarah, tapi jangan lupa, dari alas kaki tempat kau berpijak hingga angan yang masih jadi embrio dalam wilayah nuraniyah, menjadi bagian denyut nadi masyarakat. Karena Sarah kini bukan sarah ‘jabang bayi’ baru lahir dunia, melainkan bagiandari desah nafas dunia itu sendiri… Konsep Islam ada malaikat pemantau (Ijrail-Isrofil) dalam konsep keamanan toserba ada CCTV, semua mata manusia sudah menjadi itu bagi kehidupanmu…. itu saja saranku (orang awam) yang gampang dijajah kekaguman diri… hamidinkrazan@yahoo.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seniman Tegal Dapat Penghargaan

AKSI REBOISASI MAHASISWA TURUT HIJAUKAN SESAOT

Kampung Emping Bumiayu